Retret ala Presiden: Langkah Baru Penguatan RT dan RW di Kebon Manggis
Portal Kawasan, BOGOR – langit Jakarta masih gelap ketika sekelompok warga berseragam biru navy mulai berkumpul di depan sebuah SPBU di Matraman. Mereka bukan pelajar, bukan pegawai swasta yang hendak outing, melainkan para Ketua RT dan RW terpilih Kelurahan Kebon Manggis, yang akan mengikuti retret dan pembekalan intensif ke Cianjur.
Tepat pukul 06.00, deretan bus berangkat menuju Wisma Pendawa Ciwulan, Ciloto, Cianjur. Dengan semangat dan secercah rasa penasaran, rombongan ini memulai hari yang akan jadi penanda babak baru kepemimpinan warga di lingkungan mereka.

“Kami mengadopsi program Bapak Presiden Prabowo Subianto untuk melakukan kegiatan retret seperti pada para menteri yang baru dilantik,” ujar Ibnu Fajar, Lurah Kebon Manggis, kepada Portal Kawasan, Sabtu (26/7).
Langkah Ibnu Fajar ini bukan hanya simbolik. Ia mencoba membangun semangat baru dalam kepemimpinan lingkungan. Dengan mengajak para Ketua RT dan RW keluar dari rutinitas dan hiruk-pikuk perkotaan, ia ingin membentuk suasana reflektif sekaligus strategis, layaknya sebuah kabinet miniatur warga.

Mengenal Peran dan Tantangan Lewat Pembekalan
Setibanya di Wisma Pendawa, peserta langsung disambut dengan rangkaian pembekalan yang serius namun cair. Ada enam sesi utama yang menyoroti langsung persoalan-persoalan warga.
Dimulai dengan pembahasan soal “Pelayanan Warga di Bidang Sosial” oleh PJLP Dinas Sosial dari Kecamatan Matraman, dilanjutkan dengan sesi krusial mengenai “Pelayanan Pemerintahan di Kelurahan Kebon Manggis” yang diisi oleh Kasi Pemerintahan, ditemani Kakak Riris yang dikenal dekat dengan tokoh-tokoh muda di lingkungan.

Sesi sore bahkan menyentuh isu-isu strategis lainnya, mulai dari PKK dan Dasawisma, hingga sesi penutup yang tak kalah menarik: “Pertahanan Semesta” yang dibawakan oleh perwakilan TNI dari Yonzipur 11.
Pesan yang ingin kami sampaikan bukan hanya soal tata kelola, tapi juga bahwa RT dan RW adalah ujung tombak pertahanan sosial warga.

Dari Teknis ke Spiritualitas
Berbeda dari pelatihan RT dan RW yang biasanya berlangsung di aula kelurahan atau hotel budget, retret ini dirancang tidak hanya sebagai sesi teknokratis, tapi juga sebagai perenungan kepemimpinan.
Sesi ISHOMA (istirahat, shalat, makan) tak sekadar waktu jeda, tapi juga momen refleksi di antara peserta. Ada yang berdiskusi tentang keamanan lingkungan, ada pula yang membahas inovasi pengelolaan sampah berbasis RW.

Di sela-sela kegiatan, kebersamaan mulai terbangun. Ketua RW yang biasa sibuk dengan laporan warga kini tampak bercengkerama akrab dengan Ketua RT yang baru menjabat seminggu lalu.
Politik yang Membumi
Langkah Lurah Ibnu Fajar ini sekaligus menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan di tingkat kelurahan pun bisa mengikuti pola-pola kepemimpinan nasional yang membumi.
Ketika Presiden Prabowo mengajak menteri-menterinya ber-retret untuk menyamakan frekuensi, Ibnu Fajar menyadari bahwa Ketua RT dan RW pun membutuhkan ruang yang sama, untuk menajamkan visi, menyamakan gerak, dan membentuk ekosistem gotong royong yang lebih kokoh.
“Retret ini bukan seremoni. Ini bentuk tanggung jawab moral. Kami ingin Ketua RT dan RW bukan hanya mengurus surat domisili, tapi menjadi pemimpin warga yang tangguh dan bisa diandalkan,” pungkasnya. (ALN)