Polytron Borong Penghargaan di IIMS 2025, Motor Listrik Kini Resmi Naik Kelas?
Portal Kawasan, JAKARTA – Di tengah maraknya keluhan masyarakat soal tarif listrik yang merangkak naik, Polytron justru melenggang santai dengan dua penghargaan bergengsi di Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025.
Kali ini, mereka menyabet gelar Best Booth EV Motorcycle untuk kategori di bawah 100 meter persegi serta Most Valuable EV Motorcycle untuk Polytron Fox-S.
Prestasi ini semakin mengukuhkan posisi Polytron di industri motor listrik Indonesia. Dengan jumlah pengunjung yang mencapai 7.000 orang—mungkin lebih banyak dari antrean di SPBU menjelang kenaikan harga BBM—booth Polytron sukses menarik perhatian para pecinta kendaraan listrik yang haus akan solusi mobilitas ramah lingkungan dan dompet.

Motor Listrik: Alternatif atau Tren Gaya Hidup?
Polytron Fox-S, yang dinobatkan sebagai motor listrik paling bernilai, menawarkan jarak tempuh 70 km per pengisian baterai—cukup untuk perjalanan harian tanpa khawatir kehabisan daya di tengah jalan dan berakhir mendorong motor seperti atlit dadakan.
Selain itu, dengan program sewa baterai Rp125.000 per bulan, pengguna tak perlu khawatir soal penggantian baterai. Jika kapasitas turun di bawah 85%, baterai bisa diganti tanpa biaya tambahan—sebuah konsep yang mungkin perlu diterapkan pada power bank yang sering ‘pensiun dini’.
Desain stylish Polytron Fox-S juga menjadi daya tarik utama. Kini, pengguna tak hanya bisa mengendarai motor listrik dengan bangga, tetapi juga tetap tampil gaya di jalanan.
Dengan berbagai fitur canggih seperti aplikasi Polytron EV yang memungkinkan pemantauan baterai hingga sistem anti-maling, tampaknya motor ini siap bersaing tidak hanya di jalan, tapi juga di era digital.
Booth Atraktif, Edukasi Interaktif, dan Sensasi Berkendara di Jalur ‘Roller Coaster’
Tak hanya soal produknya, Polytron juga memikat perhatian dengan booth interaktif yang menampilkan motor listrik di jalur menanjak dan menurun. Mungkin ini adalah cara halus untuk menunjukkan bahwa motor listrik mereka tak akan ‘ngos-ngosan’ saat melewati tanjakan ekstrim, sebuah fitur yang sangat relevan bagi pengendara yang kerap trauma dengan jalanan curam.

Tak ketinggalan, Polytron juga memamerkan fitur Regenerative Braking pada Fox-500 yang memungkinkan energi terbuang saat pengereman dikonversi kembali menjadi daya baterai. Jadi, setiap kali mengerem, motor ini justru semakin hemat daya—konsep yang mungkin bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya energi semangat kerja yang dikembalikan setelah gajian.
Dengan inovasi dan pencapaian ini, Polytron semakin menegaskan diri sebagai pemain utama di industri motor listrik. “Penghargaan ini bukan akhir, melainkan motivasi bagi kami untuk terus berinovasi,” ujar Ilman Fachrian Fadly, Head of Group Product Electric Vehicle Polytron.
Sebuah pernyataan yang cukup menarik, mengingat saat ini yang paling inovatif justru adalah pengguna kendaraan listrik yang terus mencari colokan gratis di mana pun mereka berada.
Apakah ini pertanda bahwa motor listrik benar-benar akan menjadi pilihan utama masyarakat? Ataukah hanya tren sementara yang nantinya kalah dengan ‘godaan’ kendaraan berbahan bakar fosil?
Yang jelas, Polytron telah menunjukkan bahwa masa depan kendaraan listrik di Indonesia semakin terang—meskipun masih bergantung pada ketersediaan daya listrik di rumah masing-masing. (ARF/ALN)