Matraman: Jejak Kuda Perang di Jantung Kota
Portal Kawasan, JAKARTA – Di antara deru kendaraan dan kelap-kelip lampu jalan, Matraman berdiri sebagai saksi bisu pertempuran masa lalu.
Seperti seorang prajurit tua yang tak pernah benar-benar beristirahat, ia menyimpan cerita tentang derap kuda, denting pedang, dan nyala api perlawanan yang pernah membakar tanahnya.
Dulu, tanah ini adalah medan perang, tempat pasukan Mataram beradu nyali dengan penjajah yang ingin menguasai Batavia. Debu-debu yang kini beterbangan bersama angin pernah menjadi saksi ketika ribuan prajurit berlari menantang maut.
Mereka datang dengan harapan membebaskan kota ini, tapi sejarah mencatat bahwa tak semua perjuangan berakhir dengan kemenangan.

Waktu berjalan, dan Matraman tak lagi dihantui suara perang. Namun, ia tetap sibuk. Kini, alih-alih derap kuda, ia mendengar raungan knalpot. Alih-alih pedang yang beradu, ia menyaksikan klakson yang saling bersahutan.
Namun, di balik kemacetan dan hiruk-pikuk kota, jejak sejarah itu tak pernah benar-benar pudar. Ia tetap ada, tersembunyi di antara gang-gang kecil, di balik bangunan tua yang masih berdiri kokoh.
Matraman kini bukan lagi medan pertempuran fisik, tapi ia tetap menjadi saksi pertempuran lain—perjuangan manusia kota yang berkejaran dengan waktu, mencari rezeki, dan bertahan di tengah arus zaman.
Dan di setiap langkah yang melintasinya, Matraman berbisik, mengingatkan bahwa kota ini dibangun di atas darah dan pengorbanan mereka yang pernah berjuang. (AGS/ALN)