Mobil Listrik Melesat, Macet Tak Tergeser: Revolusi Hijau atau Sekadar Gaya?
Portal Kawasan, JAKARTA – Indonesia semakin gencar menyambut era mobil listrik, ditandai dengan ekspansi agresif BYD yang baru saja membuka empat showroom DENZA di Jakarta, Tangerang, dan Bali.
Langkah ini seakan menegaskan bahwa masa depan otomotif Indonesia tidak lagi bergantung pada bahan bakar fosil.
Namun, di balik kemewahan showroom dan ambisi BYD mendominasi pasar, ada ironi yang tak terhindarkan: semakin banyak mobil listrik, semakin padat jalanan.

Dengan penjualan lebih dari 3.400 unit dalam dua bulan pertama 2025, BYD kini menjadi merek kendaraan listrik terlaris di Indonesia. Namun, keberhasilan ini juga membawa tantangan baru—lebih banyak kendaraan di jalanan yang sudah sesak.
“Sekarang kalau macet, minimal lebih tenang tanpa suara knalpot,” ujar seorang pengendara, menyoroti fakta bahwa kemacetan tetap menjadi bagian dari pengalaman berkendara, meskipun dengan kendaraan yang lebih ramah lingkungan.
DENZA, sub-merek premium BYD, juga tak ketinggalan menawarkan kemewahan di tengah hiruk-pikuk jalanan. Showroomnya bukan hanya tempat jual beli mobil, tapi juga ruang santai eksklusif dengan minibar dan kursi ergonomis. Karena, jika tetap harus terjebak macet, setidaknya perjalanan dimulai dengan suasana mewah.

Lebih menarik lagi, BYD menghadirkan inovasi unik menjelang musim mudik: bukan menambah stasiun pengisian daya, melainkan memastikan showroom tetap buka selama perjalanan.
Seolah memberikan solusi, BYD justru menegaskan kenyataan bahwa infrastruktur kendaraan listrik di Indonesia masih tertinggal.
Para pengendara dianjurkan untuk memasukkan showroom dalam rencana perjalanan mereka, bukan hanya sebagai tempat servis, tetapi juga sebagai titik “penyelamatan” bagi mereka yang kehabisan daya di tengah jalan.
Maka, meskipun Indonesia semakin dekat dengan revolusi mobil listrik, satu hal yang belum berubah: jalanan tetap macet, hanya kali ini lebih sunyi dan sedikit lebih futuristik. (RZK/AGS/ALN)