Benteng Terakhir di Tengah Badai: Makna Surat An-Nas dalam Kehidupan
Portal Kawasan, JAKARTA – Di tengah gelapnya malam, seorang musafir tersesat di gurun yang luas. Angin berbisik di telinganya, membisikkan ketakutan yang membuat langkahnya gemetar.
Di kejauhan, ia melihat sebuah benteng megah, berdiri kokoh melawan badai. Tanpa ragu, ia berlari, mencari perlindungan di dalamnya.
Benteng itu adalah Surat An-Nas—perisai terakhir bagi hati yang resah. Dalam kehidupan, bisikan jahat seperti angin gurun yang tak terlihat, menyesatkan langkah dan menanamkan keraguan.
Surat ini mengingatkan manusia bahwa ada satu tempat perlindungan sejati: Tuhan, Sang Raja, Sang Pemilik Segala.
Di dalam benteng itu, musafir menemukan ketenangan. Begitu pula manusia, ketika bersandar pada Allah, terbebas dari belenggu godaan dan tipu daya.
Surat An-Nas bukan sekadar rangkaian kata, tetapi tameng spiritual bagi jiwa yang ingin lepas dari cengkraman bayangan jahat.
Karena di dunia ini, badai tak akan berhenti bertiup, tetapi mereka yang berlindung di benteng-Nya akan selalu selamat. (AGS/ALN)