Sakit di Akhir Puasa: Ujian Raga, Cahaya Penghapus Dosa
Portal Kawasan, JAKARTA – Ketika Ramadan hampir mencapai garis finish, sebagian orang justru diuji dengan sakit. Tubuh yang sebelumnya begitu kuat menahan lapar dan dahaga kini merintih dalam kelelahan.
Namun, di balik perih yang dirasa, ada hikmah yang menanti—sebuah penghapus dosa yang tersembunyi dalam ujian ini.
Sakit: Pintu Pengampunan yang Terbuka
Sakit bukan sekadar gangguan fisik, melainkan pintu yang bisa membawa seseorang lebih dekat kepada Allah SWT. Namun, tidak semua sakit berbuah pengampunan, kecuali jika diiringi dengan empat kunci utama:
1. Niat yang Tulus – Ujian ini harus dihadapi dengan niat untuk memperbaiki diri dan meningkatkan ketakwaan. Tanpa niat yang benar, rasa sakit hanya menjadi penderitaan tanpa makna.
2. Sabar dan Tawakal – Kesabaran dalam menerima ujian serta ketawakalan kepada Allah SWT menjadi pelengkap dalam perjalanan spiritual ini. Mengeluh hanya akan menambah beban, sedangkan ridha akan mendatangkan ketenangan.
3. Tidak Meninggalkan Kewajiban – Meski raga lemah, kewajiban ibadah tidak boleh ditinggalkan. Shalat, doa, dan dzikir tetap menjadi pelita yang menerangi kegelapan rasa sakit.
4. Meningkatkan Ketakwaan – Sakit adalah pengingat, bahwa hidup ini fana dan hanya Allah SWT yang abadi. Momen ini harus menjadi waktu untuk semakin mendekat kepada-Nya.
Dalil yang Menjadi Cahaya
Allah SWT tidak pernah meninggalkan hamba-Nya dalam kesulitan. Dalam QS. Al-Baqarah: 286, dijelaskan bahwa Allah tidak menghendaki kesulitan bagi manusia, tetapi ingin menyucikan mereka.
Rasulullah SAW pun bersabda dalam HR. Muslim, bahwa setiap cobaan yang diterima dengan kesabaran akan menggugurkan dosa-dosa.
Manfaat Sakit di Akhir Puasa
Meski melemahkan tubuh, sakit membawa berbagai hikmah:
Meningkatkan Ketakwaan – Rasa sakit mengingatkan bahwa kita hanyalah makhluk yang lemah, dan hanya Allah SWT tempat bersandar.
Menghapus Dosa – Kesabaran dalam menghadapi sakit menjadi pelebur dosa-dosa kecil yang telah lalu.
Melatih Kesabaran – Sakit mengajarkan arti ketabahan, bahwa kehidupan ini tidak selalu berjalan sesuai keinginan.
Mengingatkan Kematian – Sakit menjadi pengingat bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara, dan kita harus selalu bersiap menghadapi kehidupan setelahnya.
Sakit di akhir puasa bukan sekadar cobaan, tetapi jendela menuju ampunan. Ia hadir sebagai pengingat, bahwa setiap rintihan yang ditahan dengan sabar akan berbuah pahala, dan setiap kesakitan yang diterima dengan ikhlas akan menjadi langkah menuju ridha-Nya. (RXC/ALN)