Fajar Kemenangan di Masjid Nurul Islam: Renungan di Hari Nan Fitri
Portal Kawasan, JAKARTA – Saat mentari pertama bulan Syawal menyapu lembut atap-atap rumah di RW04, Matraman, para jamaah berbondong-bondong menuju Masjid Nurul Islam di Jalan Slamet Riyadi IV.
Seperti aliran sungai yang mengarah ke samudera, mereka datang dengan wajah berseri, menyatukan langkah untuk menjemput kemenangan dalam Sholat Idul Fitri, Senin (31/3/2025).
Di bawah langit pagi yang cerah, gema takbir berkumandang laksana nyanyian alam yang menggetarkan hati. Barisan jamaah tersusun rapi, bagaikan butiran mutiara yang berkilauan dalam ikatan suci.

Imam sekaligus Khatib, Ustadz TB. Bukhori, memimpin sholat dengan khidmat, sebelum menuturkan khotbah yang mengalir laksana embun menyejukkan kalbu.
Dalam siraman rohaninya, Ustadz TB. Bukhori mengajak para hadirin untuk merenungi jejak kehidupan. Ibarat seorang musafir yang berjalan di padang pasir, manusia harus sadar ke mana kaki melangkah dan bekal apa yang telah dikumpulkan.

“Untuk apa umur dihabiskan?” tanyanya lirih, mengingatkan bahwa waktu adalah matahari yang tak bisa dibendung pergerakannya.
“Untuk apa harta dihabiskan, dan ke mana ia berlabuh?” lanjutnya, menyiratkan bahwa kekayaan hanyalah pinjaman, yang kelak akan ditanya penggunaannya.

“Apakah ilmu telah diamalkan, dan ke mana jasa diharapkan?” tanyanya lagi, mengajak hadirin untuk tak hanya mengisi kantong dunia, tetapi juga menebar manfaat bagi sesama.
Ia menegaskan, Idul Fitri bukan sekadar perayaan, melainkan titik persimpangan bagi jiwa yang baru ditempa Ramadhan. Ibadah puasa yang telah dijalani bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi pelajaran tentang keseimbangan antara dunia dan akhirat.

Seperti layang-layang yang bisa terbang tinggi karena seutas tali yang menahannya, begitu pula manusia harus mampu menyeimbangkan hasrat duniawi dengan kesadaran ukhrawi.
Usai sholat, para jamaah saling berjabat tangan, melepaskan beban yang tertinggal di relung hati. Senyum tulus tersungging di wajah-wajah yang berseri, membawa pesan bahwa kemenangan sejati bukanlah sekadar kembali ke fitrah, tetapi juga memahami makna hidup yang sejati.

Di bawah langit biru yang menjadi saksi, Sholat Ied di Masjid Nurul Islam bukan hanya sebuah ritual, tetapi perjalanan ruhani yang mengajak setiap insan untuk kembali kepada hakikatnya.
Seperti fajar yang mengusir gelap, Idul Fitri datang membawa cahaya—menyirami jiwa dengan kedamaian dan harapan baru. (RXC/AGS/ALN)