Sang Singa di Persimpangan: Antara Cahaya Keemasan dan Api yang Membara
JAKARTA – Di belantara kehidupan, seekor singa selalu berjalan gagah, dadanya membusung, sorot matanya tajam menusuk cakrawala. Dialah sang Leo, raja dalam rimba pergaulan, pemimpin tanpa mahkota yang memancarkan kharisma.
Dalam setiap langkahnya, jejak emas tertinggal—dihormati, dikagumi, dan sering kali menjadi pusat perhatian.
Namun, tak hanya cahaya yang mengelilingi sang singa. Ada bara api yang kadang menyala liar, melompat ke luar batas. Sifatnya yang penuh percaya diri terkadang menjelma menjadi keangkuhan.
Kecerdasannya bisa menjadi pedang bermata dua—menusuk kebenaran atau malah mengiris perasaan. Tak jarang, sang Leo terjerumus dalam kenakalan kecil yang membuatnya semakin menarik, tapi juga berbahaya.
Dalam percintaan, ia bak matahari yang menyinari dunia pasangannya. Setia jika dihargai, tetapi bisa berubah liar jika diabaikan.
Leo suka berburu tantangan, dan jika tak menemukan sesuatu yang menggugah, api dalam dirinya bisa mencari pelampiasan di tempat lain. Ia jujur, tapi terkadang kelewat blak-blakan, membuat luka tanpa ia sadari.
Namun, meski badai dan gelombang emosi bisa menyeretnya ke dalam kenakalan, Leo tetaplah singa yang berjiwa besar. Ia belajar dari setiap luka, memahami bahwa kekuatannya bukan hanya dalam raungan, tetapi juga dalam kelembutan hatinya.
Sang raja tetaplah raja, hanya perlu menemukan keseimbangan antara nyala api dan kehangatan cahaya.
Di persimpangan jalan antara kebajikan dan kenakalan, sang Leo terus berjalan. Akankah ia memilih bersinar sebagai matahari yang menuntun, atau terbakar oleh apinya sendiri? (AGS/ALN)