Ada Cinta yang Lebih Dekat dari Hajar Aswad, Apakah itu?
Portal Kawasan, JAKARTA – Di antara jutaan manusia yang berdesakan, tangan-tangan terulur, bibir-bibir bergetar mengucap takbir. Hajar Aswad, batu hitam dari surga, menjadi saksi betapa banyak hati yang rindu untuk menciumnya.
Namun, di sudut rumah yang sunyi, ada tangan lain yang lebih mulia untuk dicium, ada wajah yang lebih agung untuk dipandang—yaitu tangan dan wajah kedua orang tua.
Bibir yang menyentuh Hajar Aswad hanyalah sentuhan sesaat, sedangkan bibir yang mencium tangan orang tua adalah pintu keberkahan yang tak terputus.
Mata yang menatap Ka’bah dipenuhi kekhusyukan, tetapi mata yang menatap orang tua dengan penuh kasih adalah mata yang membawa rahmat Allah turun ke dalam hati.
Nabi Muhammad ﷺ mengajarkan bahwa menghormati orang tua lebih utama dari sekadar ritual fisik. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Seorang anak tidak dapat membalas jasa orang tuanya, kecuali jika ia mendapati orang tuanya menjadi budak, lalu ia membelinya dan memerdekakannya.” (HR. Muslim, no. 1510).
Begitu pula dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orang tua. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” (QS. Al-Isra: 23)
Lalu, bagaimana bisa seseorang rela berdesakan mencium batu, tetapi enggan mencium tangan yang telah membesarkannya? Bagaimana bisa seseorang meneteskan air mata di depan Ka’bah, tetapi tak pernah menatap orang tuanya dengan kasih?
Maka ketahuilah, wahai pencari rida Allah, sebelum kau menggapai Hajar Aswad, gapailah ridha orang tuamu. Sebelum matamu tertunduk khusyuk di depan Ka’bah, tataplah wajah mereka dengan cinta.
Karena ciuman pada tangan mereka adalah ciuman yang membuka pintu surga, dan tatapan penuh hormat kepada mereka adalah tatapan yang lebih bercahaya dari pantulan sinar Ka’bah. (AGS/ALN)