Ayam Goreng Kabayan, Kuliner Legend Di Era 80’an Kini Jadi Buruan Para Mukbang!
Portal Kawasan, JAKARTA – Ayam Goreng Kabayan menjadi salah satu menu makanan terfavorit yang masih bertahan sejak 22 tahun silam. Cikal bakal warung makan legend ini diproklamirkan pada tahun 1982. Hingga kini, warung makan tersebut kerap berinovasi dalam mengolah sajian seraya mempertahankan resep tradisional yang diwariskan.
Berlokasi di Jl. Slamet Riyadi 1, Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Timur, warung makan ini berada persis di halaman kantor KPP Pratama Jatinegara. Ayam Goreng Kabayan mulai menggelar lapaknya pada pukul 05:00 sore hingga pukul 11:00 malam. Jadi, meskipun berdiri di atas fasilitas umum (fasum), keberadaannya tidak mengganggu kenyamanan lalu lintas, karena sore hingga malam tidak ada aktivitas warga maupun pegawai yang lalu-lalang.

Resep Warisan Turun Temurun
Bicara menyoal menu masakan yang disajikan, Ayam Goreng Kabayan dikenal memiliki khas tersendiri dalam meracik olahan bumbu serta mempertahankan tradisi dan resep masakan khas sunda.
Maka tidak heran, warung makan ini kian sohor di berbagai kalangan, terutama para ‘Mukbang’
“Alhamdulillah, sampai saat ini, kami masih dapat bertahan dan terus mengalami peningkatan omset perbulannya,” buka Kurnia Mahmud, yang kini mengelola warung tersebut sejak tahun 2022.

Menurut Kurnia, begitu sapaan akrabnya, Ayam Goreng Kabayan mulai populer di kalangan masyarakat sejak Bioskop Djaya Theather berdiri. Dulu di sepanjang jalan itu, beraneka macam warung makan dan jajanan berjajar hingga bundaran Slamet Riyadi ini.
“Di tahun 80-an, beliau (mendiang almarhum) membuka lapak Ayam Goreng Kabayan di depan Bioskop Djaya yang sekarang sudah menjadi ruko Mitra Matraman. Kemudian berjalan waktu kami pindah ke gang kelor, samping Jamu Empek Cirebon dan membuka cabang di sekitar bundaran Slamet Riyadi yang sampai kini masih berjalan,” kisah Kurnia kepada Portal Kawasan, Senin (09/09/2024) malam.
Bahkan, kata dia, pada saat itu beliau juga sempat berjualan ayam potong sembari berjualan Ayam Goreng tersebut. Kepiawaiannya dalam mengolah masakan, diwariskan kepada anak dan cucunya hingga sekarang.

Filosofi Kabayan
Sementara nama ‘Kabayan’, menurut Kurnia merupakan sebutan untuk almarhum mertua Kurnia, lantaran sikap dan perilaku beliau dianggap persis dengan sosok Kabayan yang ada di film. “Makanya, warung makan ini populer dengan sebutan Ayam Goreng Kabayan,” terangnya.
Hidangan menu yang disajikan masih sama seperti pada saat warung ini dibuka pertama kali, seperti ayam goreng, jeroan ayam, sayur asem, lalapan dan sambal goreng. Inovasi terbaru di warung ini adalah jeroan ayam yang dijadikan pepes.

“Pepes usus, sayur asem dan sambel goreng merupakan sajian favorit yang paling banyak diminati oleh para pengunjung. Kalau sudah mencicipi sambal goreng ini, pasti ketagihan dan kepingin nambah terus. Makanya, kami stok nasi dan sambel agar pengunjung yang nambah bisa puas,” kata Kurnia.
Ayam Goreng Kabayan telah berhasil merekrut 8 orang pemuda yang putus sekolah dan pengangguran untuk menjadi karyawannya. Dikatakannya, untuk bekerja disini tidak perlu menggunakan ijazah, asal rajin dan ulet mereka sudah bisa bekerja.
“Gak perlu persyaratan khusus, asal rajin dan jujur kita siap menerimanya. Upah pekerja disini bervariasi mulai dari Rp. 1 juta – 3 juta sudah bersih, karena makan dan mess sudah disediakan,” ucap Kurnia.

Omset Penjualan
Bicara menyoal harga, Ayam Goreng Kabayan terbilang masih sangat terjangkau bagi masyarakat. Nasi perporsinya dihargai Rp. 6.000/bisa nambah sepuasnya, untuk pepes usus Rp. 7.000/porsi, ayam goreng Rp. 20.000, sayur asem Rp. 7.000/mangkuk.
“Jadi kalau paket komplit nasi, ayam, sayur asem dan pepes usus itu dibanderol Rp. 33.000. Kalau makan disini juga bebas ambil sambal sepuasnya, asal jangan dibawa pulang,” selorohnya.
Diakui Kurnia, omset laba kotor yang diperolehnya bisa mencapai 6-7 jutaan/hari. Jadi total pendapatan perbulannya bisa mencapai Rp. 210 jutaan. “Oleh karenanya omset ini kerap mengalami peningkatan per-tahunnya,” imbuhnya.
Sementara pengeluaran belanja per-harinya seperti pembelian ayam potong sebanyak 60-70 ekor di weekday, dan 100 ekor untuk weekend. “Kalau beras, kita menyediakan 1 karung besar berukuran 50 kg dalam satu hari,” kata dia.
Sebagai seorang menantu, Kurnia terus mempertahankan keberadaan warung makan ini sampai Ayam Goreng Kabayan memiliki tempat yang laik di masa mendatang.
“Almarhum pernah berpesan kepada saya untuk terus mempertahankan warung ini, jangan sampai hilang begitu saja, tak ada yang mengurusi. Kalau bisa dikembangkan lebih luas lagi. Beliau juga berpesan agar jangan sekali-kali merubah resep masakan yang sudah diwariskan,” tuntasnya. (RXK/AGS/ALN)