Bulog Jadi “Ojek Gabah,” Jemput Langsung dari Sawah!
Portal Kawasan, JAKARTA – Perum Bulog kini resmi bertransformasi menjadi layanan “ojek gabah” untuk petani! Demi menjalankan instruksi Presiden Prabowo Subianto, Bulog tak lagi menunggu di gudang, melainkan turun langsung ke sawah-sawah membawa uang tunai demi membeli gabah petani seharga Rp6.500 per kilogram.
Aksi heroik ini berlangsung di Kecamatan Malingping, Lebak, dan Cikesik, Pandeglang. Direktur Bisnis Bulog, Febby Novita, dengan penuh semangat menyatakan bahwa mereka sedang “gencar-gencarnya” mengangkut gabah demi menyejahterakan petani.
“Pokoknya, kami tidak akan membiarkan gabah-gabah ini tergeletak tak bertuan. Kami jemput, bayar di tempat, beres!” ujar Febby, yang ikut turun ke lapangan memastikan misi penyelamatan gabah berjalan lancar.
Febby menegaskan bahwa harga gabah tak boleh di bawah Harga Pokok Penjualan (HPP), karena tugas Bulog adalah menampung hingga tiga juta ton beras. “Kami akan menyerap sebanyak mungkin, pokoknya gabah di mana, kami ke sana!” katanya optimis.

Para petani pun kegirangan. Agus (45), petani lokal, mengaku baru kali ini merasakan layanan door-to-door dari Bulog. “Biasanya, kami yang harus jual sana-sini, sekarang malah ada ‘ojek gabah’ yang jemput ke sawah. Mantap!” katanya dengan ekspresi haru.
Gabah-gabah yang dibeli Bulog langsung dikirim ke penggilingan terdekat dan harus lolos berbagai uji kualitas. Tak main-main, sebelum masuk gudang, berasnya diperiksa ketat, dari kadar air hingga tingkat kepatahan butir. “Pokoknya, beras ini harus lebih mulus dari patah hati!” canda seorang petugas Bulog di lokasi.
Dengan program ini, petani tak perlu lagi berurusan dengan tengkulak yang biasanya membeli gabah di bawah harga standar. Kini, dengan harga Rp6.500/kg, petani bisa sedikit lega, meski tetap berharap ada tambahan bonus, mungkin sekotak nasi uduk dari Bulog?
Pada akhirnya, misi penyelamatan gabah ini membawa harapan baru bagi petani Indonesia. Dengan sistem jemput bola ini, Bulog membuktikan bahwa mereka bukan sekadar penyimpanan beras, tetapi juga pemain aktif di lapangan. Petani senang, Bulog semangat, dan gabah pun tak perlu lagi khawatir tak punya pembeli. (AGS/ALN)