Cahaya yang Menyingkap Kegelapan: Pesan Ilahi dari Surat An-Nur
Portal Kawasan, JAKARTA – Di hamparan samudera kehidupan, di mana ombak godaan dan badai kebimbangan terus menerpa, ada lentera yang menggantung di tengah kegelapan: Surat An-Nur.
Layaknya cahaya yang menembus celah-celah malam, ayat-ayatnya membawa pencerahan bagi jiwa yang mencari jalan kebenaran.
Allah menggambarkan cahaya-Nya bagaikan sebuah misykāt (relung cahaya), di dalamnya ada pelita yang bersinar terang, disulut dari minyak pohon yang diberkahi—zaitun—yang tidak condong ke timur maupun ke barat.
Inilah gambaran hati seorang mukmin yang diterangi iman, tidak goyah oleh arus zaman, dan selalu bersinar dalam keikhlasan.
Namun, di sisi lain, ada mereka yang hidup dalam kegelapan pekat, seperti seseorang yang terombang-ambing di lautan luas, ditutupi gelombang demi gelombang, di atasnya lagi ada awan.
Mereka yang terjerat oleh fitnah dan dosa, bagaikan tenggelam dalam lapisan gelap yang bertumpuk, sehingga ketika mereka mengulurkan tangan, nyaris tak dapat melihatnya sendiri.
Surat ini juga menghamparkan cermin kejernihan moral, mengajarkan pentingnya menjaga kehormatan dan kesucian diri.
Fitnah yang ditebarkan oleh lidah-lidah tajam dapat meruntuhkan kehormatan seseorang, sebagaimana fitnah terhadap Aisyah r.a. yang diabadikan dalam ayat ini. Namun, kebenaran tetaplah cahaya yang tak bisa dipadamkan oleh hembusan dusta.
Allah menutup pesan-Nya dengan janji kemenangan bagi mereka yang berpegang teguh pada cahaya ini. Seperti matahari yang perlahan menyingkap kabut fajar, mereka yang menjaga iman dan amal saleh akan diberikan kedudukan di bumi, sebagaimana pelita yang diletakkan di tempat tinggi, menerangi sekitarnya.
Maka, bagi setiap insan yang mencari arah dalam gelapnya dunia, Surat An-Nur adalah mercusuar yang memandu pulang.
Cahaya itu ada, namun hanya mereka yang membuka mata hatinya yang akan mampu melihatnya. (STI/ALN)