Cinta yang Menyeberangi Takdir: Keagungan Nabi Yusuf dan Ratu Zulaikha
Portal Kawasan, JAKARTA – Di hamparan gurun yang berbisik pada angin malam, kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha terukir dalam guratan takdir yang tak lapuk oleh waktu.
Laksana bintang yang setia mengitari rembulan, begitu pula cinta dan keagungan mereka melampaui batas duniawi.
Nabi Yusuf, laksana bulan purnama yang bersinar lembut di langit malam, dikaruniai wajah seindah rembulan dan hati sebening telaga surga.
Kesabarannya adalah sungai jernih yang mengalir tanpa lelah, membawa kesejukan bagi siapa pun yang memandangnya.
Ketampanan raganya bukan sekadar anugerah, melainkan ujian yang menguji keteguhan jiwanya.
Dalam kesunyian sumur yang dalam, dalam gelapnya penjara yang membelenggu, cahaya Yusuf tetap menyala, tak padam oleh kezaliman dunia.
Di sisi lain, Zulaikha adalah bunga mawar yang mekar di padang tandus. Cintanya pada Yusuf bukan sekadar pesona mata, tetapi gelora jiwa yang membakar seluruh keberadaannya.
Ia jatuh dalam pusaran rindu yang membelenggu, lalu bangkit dalam penyesalan yang mengangkatnya menuju cahaya.
Seperti fajar yang menghapus kabut malam, hatinya akhirnya bersujud dalam kesucian, menemukan cinta sejati bukan dalam rupa, tetapi dalam makna.
Takdir menulis kisah mereka bukan sebagai kisah asmara biasa, melainkan sebagai pelajaran bagi dunia.
Nabi Yusuf tetap menjadi purnama yang setia menerangi dalam kegelapan, dan Zulaikha menjadi bintang yang akhirnya bersinar bukan karena dunia, tetapi karena cinta yang hakiki: cinta yang menemukan Tuhan dalam setiap desir angin dan detak hati.
Begitulah kisah mereka, mengajarkan bahwa keagungan sejati bukanlah pada rupa, tetapi pada jiwa yang tunduk pada Sang Maha Indah. (AGS/ALN)