Hati yang Terkunci: Sebuah Negeri dalam Kegelapan
Portal Kawasan, JAKARTA – Di sebuah negeri yang megah, terdapat sebuah kota yang dahulu bercahaya dengan ilmu dan kebijaksanaan. Namun, seiring waktu, penduduknya mulai menutup mata terhadap kebenaran yang terpampang jelas di hadapan mereka.
Mereka adalah kaum yang telah diberi petunjuk, namun memilih berpaling. Setiap kali seorang utusan datang membawa cahaya, mereka mengejek dan berpura-pura percaya, padahal dalam hati mereka menyembunyikan kebohongan.
Mereka seperti seorang pedagang yang pura-pura jujur di hadapan pelanggannya, tetapi di balik layar, ia merancang tipu daya demi keuntungan sendiri.
Di antara mereka, ada yang hatinya telah membatu—bukan karena tak pernah mendengar kebenaran, melainkan karena mereka menolaknya dengan sadar. Mereka adalah para penghuni rumah-rumah tertutup, yang jendelanya sengaja ditutup rapat agar cahaya matahari tak pernah masuk.
Hati mereka terkunci, pendengaran mereka tuli terhadap seruan kebenaran, dan penglihatan mereka kabur oleh kesombongan.
Namun, yang paling tragis adalah sekelompok orang yang mengaku beriman, tetapi dalam hati mereka menyimpan tipu daya.
Mereka berkata, “Kami bersama kalian,” saat bertemu dengan orang-orang beriman, tetapi di belakang mereka justru bersekutu dengan orang-orang yang menentang kebenaran.
Mereka seperti bunglon yang berubah warna sesuai dengan lingkungannya, tidak pernah benar-benar setia pada satu keyakinan.
Mereka mengira bahwa kepandaian mereka dalam berbohong akan menyelamatkan mereka, tetapi sesungguhnya mereka hanya menipu diri sendiri.
Layaknya seorang musafir yang berjalan dalam kegelapan dengan obor palsu, mereka tak sadar bahwa cahaya itu hanyalah ilusi yang akan padam kapan saja, meninggalkan mereka dalam kegelapan abadi.
Demikianlah nasib mereka yang berpaling dari kebenaran. Bukan karena mereka tidak diberi petunjuk, tetapi karena mereka sendiri yang memilih untuk menolaknya. Dan bagi mereka, azab yang pedih telah menanti, sebagaimana hukum alam yang tak pernah ingkar pada ketetapan-Nya. (RZK/AGS/ALN)