Hujan Jadi Guru, Lodong Jadi Papan Tulis: Cara MTs YKDC Menyemai Kesadaran Iklim Sejak Dini
Portal Kawasan, KARANGPAKUAN – Di halaman sekolah MTs YKDC, rintik hujan seakan turun sebagai huruf-huruf alam yang menunggu dibaca. Hari ini, siswa kelas 9 tidak hanya belajar dari buku, tetapi langsung dari langit.
Bersama Surono, guru IPS sekaligus pegiat Yayasan Kiai Demang Cipaku, mereka dikenalkan pada sebuah alat sederhana bernama omplong atau lodong, si penakar hujan manual yang sudah lama menjadi saksi bisu perubahan cuaca.
Alat ini ibarat buku harian langit: menampung tiap tetes hujan, lalu bercerita lewat angka berapa banyak air yang jatuh dalam sehari.

“Alat ini mengajarkan siswa bagaimana mencatat dan memahami intensitas hujan dalam satu hari penuh secara manual,” jelas Surono.
Setiap pagi, siswa akan membaca jejak hujan yang ditinggalkan di lodong, sebuah pengalaman belajar yang menyingkap bagaimana iklim berbicara dalam bahasa alam.
Namun, bagi Surono, lodong bukan sekadar tabung ukur. Ia adalah jembatan kesadaran, mengingatkan generasi muda bahwa iklim bukan sekadar topik global di layar televisi, melainkan denyut nyata dalam kehidupan mereka sehari-hari.

“Harapannya, siswa memahami bahwa fenomena cuaca dan iklim adalah bagian nyata dari hidup mereka, dan mereka bisa meresponsnya sejak dini,” ujarnya.
Secara sederhana, lodong terdiri dari corong penampung dan wadah ukur. Air hujan ditampung, kemudian diukur volumenya dengan gelas ukur.
Metode ini adalah versi manual dari ombrometer sebelum dunia mengenal teknologi tipping bucket atau weighing gauge.

Kegiatan belajar di luar kelas ini bukan sekadar memindahkan siswa dari ruang ke halaman. Ia ibarat membuka jendela agar angin pengetahuan masuk dengan cara yang lebih segar.
Teori yang biasanya kaku di papan tulis kini hidup dalam praktik nyata, ketika anak-anak bisa menyentuh, melihat, dan menghitung sendiri apa yang dibawa hujan.
Dari sebuah lodong sederhana, siswa MTs YKDC diajak menyadari bahwa pendidikan sejati bukan hanya soal angka di kertas ujian, tetapi tentang bagaimana memahami alam, merawatnya, dan menyiapkan diri menghadapi masa depan. (ANG/ALN)