Ketika Desa Jadi Garda Depan Perang Narkoba – atau Malah Ladang Baru?
Portal Kawasan, JAKARTA – Dalam langkah revolusioner yang pasti akan menggemparkan dunia, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) menggandeng Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk menyelamatkan desa dari cengkeraman narkoba.
Menteri Desa Yandri Susanto dengan penuh semangat menyatakan bahwa desa harus menjadi benteng pertahanan terakhir melawan barang haram ini.
Menyadari bahwa hampir semua wilayah Indonesia sudah masuk zona merah, Menteri Yandri dengan tegas menyebut bahwa desa tak boleh kalah dalam perang ini.

“Mungkin karena lebih mudah dibujuk-rayu,” katanya, merujuk pada fakta bahwa bahkan oknum kepala desa pun sudah terjerat sebagai pengguna—atau bahkan berpotensi naik pangkat menjadi bandar.
Seolah baru tersadar bahwa narkoba bukan hanya masalah kota besar, Menteri Yandri dan Kepala BNN Marthinus Hukom kini berencana turun langsung ke desa.

Tentu saja, ini bukan sekadar kunjungan seremonial yang berakhir dengan foto-foto di spanduk besar. Ini adalah komitmen nyata untuk memberantas peredaran narkoba di desa yang selama ini ternyata begitu mengkhawatirkan.
Namun, mari kita jujur sejenak. Bagaimana narkoba bisa sampai merajalela di desa? Kemiskinan, pengangguran, dan kurangnya edukasi disebut sebagai faktor utama.

Tapi bukankah ini sudah jadi permasalahan klasik yang selama ini juga belum terselesaikan? Atau mungkin kita perlu menunggu satu-dua dekade lagi sebelum akhirnya ada terobosan yang lebih konkret?
Sementara itu, para bandar tentu saja sangat gembira dengan perhatian baru ini. Kini mereka tahu bahwa desa sudah masuk radar pemerintah—dan mungkin mereka akan mulai berpikir lebih kreatif dalam menyembunyikan bisnisnya.
Dalam pidato penutupnya, Kepala BNN menegaskan bahwa desa adalah target utama para bandar narkoba. Ya, tentu saja, karena siapa lagi yang bisa menjadi pelanggan tetap jika bukan petani dan pekebun yang butuh “penyemangat” di tengah tekanan ekonomi?
Tapi jangan khawatir! Dengan adanya MoU, kerja sama, audiensi, dan tentu saja sejumlah besar rapat strategis yang akan menyusul, kita bisa berharap bahwa perang melawan narkoba di desa ini akan berjalan dengan efektif—atau setidaknya, cukup lama untuk terus jadi bahan diskusi tahunan. (RZK/ALN)