Ketika Kemandirian Pangan Dibangun di Atas Ketergantungan
Portal Kawasan, JAKARTA – Dengan penuh optimisme, Wakil Menteri PU Diana meninjau Taman Sains Teknologi Herbal dan Hortikultura (TSTH2) di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.
Proyek bernilai Rp172 miliar ini diharapkan menjadi pusat riset herbal dan hortikultura yang berstandar internasional, mencetak bibit unggul, dan membawa pertanian Indonesia menuju kemandirian pangan.

Namun, ironi muncul ketika “kemandirian” ini justru bertumpu pada investasi besar, teknologi canggih, dan riset berbasis laboratorium.
Sementara di lapangan, petani masih bergulat dengan harga pupuk yang naik, akses air yang sulit, dan ketergantungan pada impor bahan pangan.

Di satu sisi, pemerintah membangun pusat riset untuk menciptakan varietas unggul, tapi di sisi lain, lahan-lahan produktif semakin berkurang, tergeser oleh proyek-proyek besar yang menjanjikan masa depan cerah.
Kemandirian pangan terus digaungkan, tetapi akankah ia benar-benar dirasakan oleh mereka yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian?

Atau justru hanya menjadi kebanggaan dalam laporan, sementara realitas di sawah tetap sama: petani yang berjuang sendiri, berharap hasil panennya cukup untuk sekadar bertahan? (AGS/ALN)