Ketika Nyala Budaya Hampir Padam: Seruan dari Tanah Para Leluhur
SUMEDANG – Dalam senyap zaman yang bising oleh gawai dan gemerlap selera sesaat, suara dari masa lalu bergetar lirih namun tegas. Sebuah pesan menggema, memanggil generasi yang nyaris lupa pada akar tempat mereka berpijak.
”Generasi hari ini,” kata Luky Djohari Soemawilaga, sang penjaga warisan budaya dengan sorot mata setajam keris pusaka, “Mereka belum mengenal kebudayaan secara utuh. Padahal, budaya bukan sekadar bayang-bayang masa lalu. Ia adalah jembatan dari masa kini menuju masa depan.”
Di era ketika identitas diperdagangkan seperti barang diskon dan nilai-nilai luhur digadaikan demi viralitas, beliau mengingatkan: budaya adalah jati diri.
Baca Juga : Gedung Srimanganti dan Warisan Budaya Sumedang, Harta Karun yang Terlupakan
Ia bukan selera yang naik turun seperti tren busana. Ia adalah roh yang menjiwai peradaban, denyut yang menghidupkan bangsa.

“Ketika budaya dipersempit menjadi soal selera, maka tak heran ia perlahan dilupakan,” ucapnya lirih namun menggema bagai gamelan di tengah hening.
“Padahal budaya adalah sumber daya kehidupan. Ia bukan untuk dirayakan dalam euforia sesaat, tapi dijaga, dilestarikan, dan diamalkan dalam setiap detik hidup kita.”
Ia menuntut perubahan. Sebuah lompatan makna. Pemahaman budaya yang out of the book, keluar dari sekadar teori beku di buku pelajaran. Karena, katanya, negara belum sepenuhnya hadir.
Baca Juga : Keraton Sumedang Larang, Sentrum Budaya Sunda yang Harus Dihidupkan Kembali

Namun harapan itu belum mati. Ia menyalakan lentera keyakinan pada pemimpin yang peduli. “Dengan niat baik Kang Deddy Mulyadi, semoga lahir sinergi sejati. Karena bagi kami, budaya bukan barang mewah. Ia adalah kebutuhan pokok.”
Dengan suara yang menggema seperti mantra leluhur, ia menutup:
“Jika budaya dijadikan kebutuhan, maka bangsa ini akan menjelma menjadi negara super power. Mandiri. Bermartabat. Menjadi mercusuar dunia—sebagaimana Sumedang dahulu bersumpah: Insun medal, insun medangan, pancar buana. Aku lahir untuk menerangi dunia.” (STI/ALN)