Kopitro Slamet Riyadi Tak Pernah Sepi, Apa Rahasianya?
Portal Kawasan, JAKARTA – Para pecinta kopi angkringan, tentunya tidak asing lagi dengan keberadaan Kopitro alias Kopi Trotoar. Maraknya keberadaan Kopi Trotoar di berbagai kawasan khususnya di Jakarta membuat Lilik, sang owner bertekad untuk menciptakan sebuah usaha tersebut.
Lilik pun mengisahkan bahwa di 2014 lalu saat dirinya bekerja di salah satu perusahaan IT, dia bersama rekan kerja lainnya itu sering kabur dan ngopi di trotoar.
“Disana ada ibu-ibu yang berjualan kopi di atas trotoar tapi termosnya selalu diumpetin lantaran gak boleh dagang disitu. Nah, kita menyebutnya itu kopitro,” kata Lilik, saat ditemui di kedai Kopitro, Kamis (12/09/2024) malam.
Nah seiring berkembangnya waktu, pada tanggal 17 Agustus 2018 Lilik pun berhasil mendirikan sebuah warung kopi angkringan. Tujuan didirikannya warung kopi angkringan itu adalah untuk memperkenalkan kopi di kalangan menengah ke bawah.

Menurut Lilik, pada saat itu penjualan biji kopi belum seramai sekarang, bahkan kedai kopipun juga belum menjamur. Sebenarnya, ada keraguan dipikirannya untuk memperkenalkan racikan kopi yang dikuasainya.
“Itu awalnya saya kepikiran untuk membuka bisnis kopi ini. Karena sewaktu saya bertugas di Pontianak, ternyata kopi-kopi trotoar sudah menjamur dan ramai pengunjungnya. Darisanalah kemudian mulai muncul gagasan saya untuk membuka Kopitro,” urai Lilik.
Sebelum membuka kedai kopi, Lilik coba meracik sendiri di rumah, kemudian dari seduhan itu dibagi-bagikan ke orang lain ke tetangga serta beberapa teman lainnya. Secara kebetulan juga, di Slamet Riyadi I ini ada tempat yang strategis dan ideal untuk kopi angkringan, Lilik pun mencoba membuka kedai pada saat itu.
“Alhamdulillah, ternyata pecinta kopi itu banyak sekali. Kita coba manual brew (seduh) alias tanpa mesin. Ternyata antusiasnya orang yang ingin ngopi sangat besar dari para penikmat kopi,” seru Lilik.

Bicara menyoal harga, karena target market share Lilik itu menengah ke bawah serta melihat kondisi biaya operasional yang terbilang kecil untuk UMKM, jadi dia berikan harga yang di bawah standar dari kedai kopi lainnya sehingga lebih friendly ke konsumen.
“Kita berikan kopi dengan harga murah tapi dengan rasa yang gak murahan. Kita berikan standar kopi yang memang dijual di kedai-kedai lain. Jadi, memang kita berikan seduhan kopi yang memang bukan murahan,” ungkapnya.
Menurutnya, hampir seluruh kopi dari Indonesia pernah diracik di Kopitro ini. Karena kata Lilik, selain memperkenalkan kopi dia juga lebih mementingkan kopi lokal. Setidaknya Kopitro mendukung para petani kopi di Indonesia.
“Untuk pembelanjaan kopi, biasanya kita berbelanja langsung ke petani seperti di Jepara ataupun Ciwidey. Kita beli Green Bean alias biji mentah untuk kemudian kita roasting di Jakarta lalu kita jual di Kopitro. Ada juga yang sudah diroasting dan siap digiling disini,” pungkasnya. (ARF/RXK/ALN)