Lebih dari Sekadar Mengemudi: Ketika Pengemudi Online Diberi Akses pada Masa Depan Finansialnya
Portal Kawasan, JAKARTA – Di balik kemacetan kota dan lalu lalang kendaraan, ada jutaan kisah pengemudi transportasi online yang setiap hari berjibaku demi nafkah keluarga. Mereka bukan sekadar pengendara mereka adalah tulang punggung ekonomi digital.
Namun, ironisnya, banyak dari mereka masih tersisih dari sistem keuangan formal. Tak punya slip gaji, tak punya jaminan tetap, bahkan tak punya akses ke kredit yang layak.
Kondisi ini menjadi cermin ketimpangan yang nyaris tak terdengar. Tapi pada Februari 2025, secercah harapan itu hadir melalui sebuah langkah yang jarang dilakukan perusahaan teknologi. inDrive meluncurkan inDrive.Money inisiatif keuangan berbasis teknologi yang dibuat khusus untuk pengemudi.
Program ini bukan sekadar layanan pinjam-meminjam. Di baliknya, ada misi untuk mendorong inklusi finansial, menghapus hambatan birokrasi, dan menyodorkan alternatif yang nyata bagi para pengemudi yang selama ini merasa tak dianggap oleh sistem.
“Sejak inDrive.Money hadir, respons dari mitra pengemudi sungguh luar biasa,” ujar Wahyu Ramadhan, Communication Manager inDrive Indonesia. “Ini menunjukkan bahwa mereka memang membutuhkan layanan keuangan yang mudah diakses, sesuai dengan realita mereka.”
Kemitraan strategis pun dijalin dengan Ammana, sebuah platform pinjaman syariah berbasis teknologi. Lewat kolaborasi ini, lahir layanan-layanan seperti pendanaan mikro, asuransi mikro, pembiayaan kendaraan, hingga fitur Buy Now, Pay Later untuk beli bahan bakar atau servis motor kebutuhan sehari-hari yang sering kali jadi beban berat bagi para pengemudi.
Pasar transportasi daring sendiri diproyeksikan tumbuh cepat, menyentuh angka USD 6,26 miliar pada 2030. Tapi di balik angka-angka itu, tantangan sosial tetap nyata. Banyak pengemudi hidup tanpa perlindungan pendapatan, tanpa tabungan darurat, dan tak punya akses pada rencana keuangan jangka panjang.

“Inklusi keuangan bukan sekadar memberikan pinjaman. Ini soal menyediakan akses dan kontrol atas masa depan,” jelas Widji Tri Kusuma Adhi, Direktur Ammana. “Kami ingin para mitra pengemudi naik kelas bukan cuma menjadi pengemudi, tapi punya peluang menjadi pemilik armada atau membuka usaha sendiri.”
Data juga bicara lantang: hanya 51% populasi Indonesia yang punya rekening bank, dan tak sampai 20% yang bisa mengakses kredit formal. Sebaliknya, platform peer-to-peer lending justru berkembang pesat, menjadi penyelamat bagi mereka yang tertolak oleh sistem konvensional. Rata-rata nilai pinjaman pun melonjak dua kali lipat dalam lima tahun terakhir, menjadi Rp7,1 juta di 2024.
Menariknya, mayoritas pengguna layanan ini adalah generasi muda berusia 19–34 tahun, dan lebih dari separuhnya adalah perempuan menunjukkan bahwa inklusi keuangan kini menjadi kebutuhan lintas sektor dan gender.
Program seperti inDrive.Money membuka jalan bagi pekerja sektor informal untuk mendapat apa yang selama ini dinikmati segelintir orang: akses, kesempatan, dan martabat. Sebuah transisi dari ekonomi bayangan menuju ekonomi berdaya.
Ke depan, inDrive dan Ammana berkomitmen menjaga transparansi dan keamanan layanan sesuai regulasi OJK dan Bank Indonesia. Karena pada akhirnya, inklusi finansial bukan hanya soal angka tapi tentang menyentuh hidup orang-orang yang bekerja di garis depan ekonomi digital.
Dan mungkin, di tengah hiruk pikuk jalanan kota, seorang pengemudi tak lagi sekadar membawa penumpang. Ia tengah membawa harapan bagi dirinya, keluarganya, dan masa depan yang lebih layak. (STI/ALN)