Malam Seribu Cahaya: Kisah Turunnya Permata Ilahi
Portal Kawasan, JAKARTA – Di hamparan langit malam, ketika bintang-bintang bersujud dalam kebisuan, turunlah seberkas cahaya yang tak tertandingi.
Ia bukan sekadar kilauan biasa, melainkan permata dari singgasana langit, menyusup lembut ke dalam relung-relung bumi.
Itulah Malam Al-Qadr, malam yang tak tertakar dengan hitungan waktu, tetapi meneteskan makna yang melampaui seribu bulan.
Angin berbisik tenang, membawa kabar bahwa pada malam itu, langit dan bumi bersatu dalam satu irama dzikir. Laksana samudra yang menerima aliran sungai, dunia menerima wahyu yang menjadi petunjuk bagi manusia.
Al-Qur’an, mutiara suci yang turun sebagai pelita dalam kegelapan, menyentuh hati yang gersang dan menumbuhkan harapan bagi mereka yang mencari jalan.
Malaikat-malaikat berbaris rapi, membawa kedamaian dari langit tertinggi hingga ke palung-palung bumi. Mereka mengantarkan kesejukan bagi jiwa yang bersujud, membawa salam bagi mereka yang terjaga dalam doa.
Hingga fajar menyingsing, malam itu tetap berkilau dalam keabadian, meninggalkan jejak yang tak akan terhapus oleh waktu.
Malam Al-Qadr bukan sekadar peristiwa, tetapi janji Tuhan bagi mereka yang merindu. Ia adalah hujan di tanah tandus, embun bagi hati yang haus, dan cahaya bagi mereka yang berjalan dalam kegelapan.
Barang siapa yang menemukannya, ia telah menggenggam permata yang tak ternilai, harta yang tak lekang oleh usia.
Dan kini, pertanyaan itu kembali menggema: sudahkah kita membuka hati untuk menyambut cahaya itu? (AGS/ALN)