Menjemput Cahaya yang Tertinggal
Portal Kawasan, JAKARTA – Puasa Ramadhan adalah laksana perahu yang mengantarkan jiwa menuju samudra keberkahan.
Namun, terkadang, ada angin kehidupan yang membuat layar terhenti—satu atau dua hari yang terlewat, entah karena sakit, perjalanan, atau alasan lain yang dibenarkan.
Hari-hari itu bagai matahari yang tertutup awan, sinarnya masih ada, tapi belum sempat menyentuh kulit dan hati.
Maka, mengganti puasa yang tertinggal bukan sekadar membayar utang, melainkan menjemput cahaya yang tertinggal.
Sebab, setiap hari puasa yang dilewatkan memiliki sinarnya sendiri, dan tanpa menggantinya, ada bagian dari perjalanan ruhani yang belum lengkap.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain…” (QS. Al-Baqarah: 185)
Jangan biarkan jejak yang kosong dalam lembaran ibadah kita. Satu demi satu, lunasilah hari-hari yang tertinggal, agar perjalanan menuju ridha-Nya tetap utuh, dan cahaya Ramadhan benar-benar menyinari hati hingga bulan suci itu kembali menyapa. (RZK/ALN)