Menteri Desa Ajak Kepung Desa: Dari Superteam Jadi Supermarket?
Portal Kawasan, JAKARTA – Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT), Yandri Susanto, mengajak Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) untuk “mengepung desa”.
Namun, jangan salah paham dulu! Ini bukan aksi demonstrasi atau blokade desa, melainkan misi mulia untuk memperbaiki moral dan meningkatkan ekonomi desa secara bersama-sama.
“Ayo kita kepung desa secara bersama-sama karena kita bukan superman, tapi superteam,” ujar Mendes Yandri, melalui siaran pers yang diterima, Selasa (18/3/2025).

Dalam upaya pengepungan ini, pemerintah menyiapkan berbagai strategi ekonomi berbasis desa. Mulai dari program BUM Desa, Makan Bergizi Gratis (MBG), hingga proyek ambisius bernama Koperasi Desa Merah Putih, yang akan menyulap desa-desa menjadi pusat produksi pangan nasional.
Dari Desa Ayam ke Desa Telur: Siap Jadi Raksasa Pangan?
Menurut Yandri, program MBG bisa menjadi lumbung emas bagi desa. “Bayangkan jika nanti penerima manfaatnya 82 juta orang, berarti setiap hari kita butuh 82 juta butir telur. Kalau desa bisa produksi segitu, peternak ayam bisa naik haji tiap bulan!” candanya.
Tak hanya telur, desa juga didorong untuk mengembangkan sektor lain. “Kita punya konsep Desa Telur, Desa Cabai, Desa Ayam… mungkin ke depan ada Desa Mie Instan, Desa Kopi Senja, atau bahkan Desa Cuan?” ujar seorang staf Kemendes sambil tersenyum.
Koperasi Desa: Dari Warung Hingga Klinik, Siapa Berani Jadi Juragan?
Program Koperasi Desa Merah Putih juga menawarkan prospek menjanjikan. Yandri mengungkapkan bahwa sekitar 240.000 orang dibutuhkan untuk mengelola koperasi ini. “GPII bisa ambil peran, siapa tahu nanti ada Ketua Koperasi yang lebih kaya dari bupati,” katanya berseloroh.
Unit usaha koperasi bakal mencakup berbagai sektor, dari toko sembako hingga klinik desa. Seorang pejabat Kemendes berbisik, “Kalau sukses, jangan kaget kalau nanti ada franchise Klinik Desa dengan tagline: Dari Desa untuk Dunia.”

Sebagai langkah konkret, Yandri menantang GPII untuk mengadopsi desa binaan. “Ayo, jangan cuma retorika! Buktikan kalau kalian bisa membangun desa lebih cepat dari proyek tol!” ujarnya penuh tantangan.
Mewujudkan Visi Besar: Desa Maju, Warga Auto Sultan?
Mendes Yandri berharap kolaborasi ini bisa membantu mewujudkan visi besar Presiden Prabowo dalam Asta Cita ke-6: membangun dari desa untuk pemerataan ekonomi.
Kesepakatan ini akan dituangkan dalam Memorandum of Understanding (MoU), agar tidak sekadar menjadi wacana abadi. “Jangan sampai nanti MoU-nya cuma jadi pajangan di lemari kantor,” celetuk seorang anggota GPII yang hadir.
Dengan semua rencana ini, tinggal satu pertanyaan besar: Apakah desa siap berubah dari kampung sederhana menjadi supermarket pangan nasional? Atau justru nanti warga desa malah sibuk antre telur di warung sendiri? Kita tunggu realisasinya! (AGS/ALN)