Misteri Hamparan Tanah: Sebuah Perjalanan di Ujung Horizon
Portal Kawasan, JAKARTA – Di sebuah negeri di mana langit bertemu dengan bumi, para pengembara berdebat tentang bentuk tanah yang mereka pijak.
Sebagian mengatakan bahwa dunia ini laksana permadani luas yang dihamparkan tanpa ujung, sementara yang lain berbisik bahwa ia menyerupai mutiara yang bergulir di lautan semesta.
Di pasar-pasar kuno, para pendongeng bercerita tentang kapal yang melaju hingga ke batas dunia, hanya untuk menemukan diri mereka kembali ke titik awal.
Seorang bijak berkata, “Jika bumi ini datar, mengapa matahari kembali dari arah yang sama setiap pagi?” Namun, seorang lainnya bersikeras, “Bukankah tanah ini terasa rata di bawah kakimu?”
Di antara lembaran kitab-kitab tua, ada ayat-ayat yang berbicara tentang bumi yang dihamparkan seperti permadani, tetapi juga tentang langit yang melingkupinya. Seorang cendekiawan yang merenungi firman-firman itu berkata, “Mungkin, bukan bentuknya yang perlu diperdebatkan, tetapi bagaimana kita memaknainya.”
Lalu datanglah para pelaut yang menantang batas lautan, para ilmuwan yang membaca gerakan bintang, dan para pemikir yang melihat lebih dalam dari sekadar permukaan. Mereka tak hanya berjalan di atas tanah, tetapi juga memahami rahasia yang tersimpan di dalamnya.
Dan akhirnya, dunia tetap berputar—baik bagi mereka yang melihatnya sebagai cakrawala tanpa ujung maupun sebagai bola yang mengapung dalam kehampaan. Sebab, di atas semua perdebatan, yang lebih penting bukanlah bentuknya, tetapi bagaimana kita berjalan di atasnya. (AGS/ALN)