Narkoba Merampas Masa Depan, Pemuda Dipanggil untuk Melawan!
Portal Kawasan, BOGOR – Bahaya narkoba bukan sekadar momok, ia adalah mesin penghancur kehidupan yang perlahan tapi pasti menggerogoti masa depan bangsa. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) DKI Jakarta, Andri Yansyah, menyuarakan alarm keras: pemuda Indonesia harus menjadi benteng terakhir dalam melawan bencana ini, sebelum seluruh generasi produktif hancur tak bersisa.
Pernyataan tegas ini disampaikannya saat membuka Pelatihan Kader Inti Pemuda Anti Narkoba (KIPAN) tingkat Provinsi di Sentul Selatan, Bogor, Kamis (19/6).

Andri menggambarkan narkoba sebagai virus perusak akal dan nurani yang merajalela, menyasar kaum muda yang seharusnya menjadi tulang punggung negeri.
“80 persen pecandu narkoba berada di usia 15 sampai 64 tahun, mereka adalah pemuda, pekerja, pelajar, orang-orang yang seharusnya membangun, bukan dihancurkan zat haram,” ucapnya dengan nada prihatin namun membakar semangat.

Walau angka prevalensi penyalahgunaan narkoba menurun dari 2,20% menjadi 1,73% menurut data BNN tahun 2023, itu bukan alasan untuk berpuas diri. Narkoba tetap mengintai di setiap sudut kota, menyusup lewat pergaulan, menyaru dalam pesta, dan menjerat lewat tipu muslihat manis para pengedar.
“Ini perang panjang. Dan kita tak bisa menang dengan strategi biasa. Harus luar biasa! Pemerintah tak bisa berjalan sendiri. Pemuda harus berdiri di barisan depan!” tegas Andri, menggelegar.

Program KIPAN bukan sekadar pelatihan, ini adalah pembekalan medan perang. Selama tiga hari, 88 pemuda dari organisasi OKP, mahasiswa, karang taruna, remaja masjid hingga OSIS digembleng untuk menjadi agen perlawanan terhadap narkoba, terutama di zona merah seperti Kampung Boncos, Kampung Bahari, Manggarai, Kebon Manggis, Menteng Tenggulun, dan wilayah-wilayah terpencil di Kepulauan Seribu.
Ketua pelaksana, Yunus Burhan, menyebut daerah-daerah ini sebagai “titik api” tempat di mana narkoba menyebar seperti wabah, memanfaatkan lemahnya pengawasan dan putusnya akses informasi.

“Kepulauan Seribu misalnya, meski indah secara geografis, namun rentan karena minim pengawasan dan edukasi,” ungkapnya.
Pelatihan ini dirancang bukan untuk seremonial belaka. Metodenya intens: dari diskusi kelompok, simulasi situasi darurat, hingga proyek nyata di lapangan. Para narasumber berasal dari berbagai sektor garis depan: BNNP, pengusaha, LBH, aktivis AIDS, hingga content creator yang tahu cara melawan propaganda narkoba di media sosial.

Melalui pelatihan ini, Dispora DKI ingin menanam benih perlawanan: pemuda yang tak hanya sadar, tapi juga siap bertarung. Siap menyusun strategi, membangun komunitas, dan menciptakan benteng pertahanan di wilayah masing-masing.
“Narkoba merusak diam-diam, membunuh pelan-pelan. Kalau hari ini kita tidak melawan, besok bukan cuma generasi yang hilang, Indonesia bisa runtuh dari dalam,” tutup Yunus dengan nada menggugah. (RXC/ALN)