Pantun Betawi Menggema Lagi! Permata MHT Gelar Pelatihan Budaya di Tengah Semangat Jakarta Menuju Kota Global
Portal Kawasan, JAKARTA – “Naik delman ke Mangga Dua, Angin sepoi bikin hati lega. Betawi bangkit lewat budaya, Pantun dikibarkan penuh wibawa!”
Begitulah semangat yang terasa selama dua hari pelatihan seni budaya pantun yang digelar oleh DPP Permata MHT (Persatuan Masyarakat Jakarta Mohammad Husni Thamrin), 11–12 Juli 2025 di Hotel Horison Arcadia, Mangga Dua, Jakarta Pusat.
Acara ini bukan cuma sekadar pelatihan biasa. Lebih dari 150 peserta dari lima wilayah DKI Jakarta dan Kepulauan Seribu hadir, membuktikan bahwa semangat menjaga warisan budaya Betawi masih membara di tengah geliat kota metropolitan. Para peserta yang berasal dari pengurus DPC dan Korwil Permata MHT ini tampak antusias menyerap ilmu dari para tokoh budaya Betawi.

Dua narasumber utama hadir memeriahkan pelatihan ini: Drs. Yahya Andi Saputra, M.Hum, budayawan Betawi sekaligus saksi hidup perubahan zaman dalam tradisi pantun, serta Drs. Zahrudin, M.Hum, sang raja pantun yang lihai menyulap kata jadi irama jenaka dan penuh makna. Keduanya dipandu oleh Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), H. Beky Mardani, yang dikenal sebagai penjaga pakem budaya Betawi.
Pantun Tak Sekadar Rima, Tapi Jiwa
Ketua Harian DPP Permata MHT, HM Nuh, membuka pelatihan dengan semangat:
“Jakarta ini kaya budaya, dan pantun Betawi adalah salah satu mahkota kita. Kita ingin budaya ini terus hidup, bukan cuma jadi pajangan museum.”
Ia juga mengapresiasi kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung dan Wakil Gubernur Rano Karno, yang dianggap sangat aktif menghidupkan budaya lokal. Festival Bandeng, Andilan Potong Kebo, sampai bir pletok di Balaikota jadi contoh nyata komitmen tersebut.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bang Fauzi Bowo selaku Dewan Pembina dan H. Marullah Matali selaku Ketua Umum Permata MHT atas arahan dan dukungan mereka.
Pantun Sebagai Warisan Dunia
Dalam sesi materinya, Yahya Andi Saputra mengungkap bahwa pantun telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO sejak 17 Desember 2020. Bahkan, Indonesia kini punya Hari Pantun Nasional setiap 17 Desember, sesuai keputusan Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, yang ditandatangani awal Juli lalu.
“Pantun bukan cuma mainan kata, tapi cerminan akhlak, adab, dan kebijaksanaan orang dulu. Terutama dalam prosesi adat Betawi seperti palang pintu, pantun punya posisi penting,” jelas Yahya.
Ia menegaskan bahwa dalam acara sakral seperti pernikahan, pantun harus tetap santun, bukan malah jadi ajang dagelan yang keluar dari pakem.

H. Beky Mardani pun menegaskan pentingnya menjaga sakralitas palang pintu:
“Kalau budaya udah dicampur aduk, nanti generasi muda bingung mana yang asli, mana yang lenong. Mari kita rawat bersama,” katanya.
Raja Pantun Bagi Jurus Jitu
Sementara itu, Drs. Zahrudin menjabarkan teknik membuat pantun secara sistematis. Menurutnya, semua orang bisa berpantun asal sabar dan rajin berlatih.
“Mulai dari isi dulu, baru sampiran. Kalau pesannya udah dapet, nyari rimanya lebih gampang,” ujar Zahrudin, disambut anggukan para peserta yang mencoba menyusun pantun langsung di tempat.
Dukungan Pemerintah & Harapan ke Depan
Wakil Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Puspa Dirjaya, membuka acara dengan penekanan pada pentingnya menjaga identitas lokal sebagai bagian dari kekuatan nasional. “Budaya lokal itu bukan nostalgia, tapi investasi masa depan,” tegasnya.

Hal senada disampaikan oleh Sekretaris Kota Jakarta Pusat, Denny Ramdany. Ia mencontohkan Bali dengan sistem Pecalang-nya yang kuat menjaga budaya sekaligus keamanan lokal.
“Jakarta juga bisa seperti itu. Kita punya Betawi, dan budaya Betawi inilah jati diri Jakarta yang harus terus dihidupkan,” ujarnya.
Di akhir acara, para peserta terlihat tersenyum puas. Bukan cuma karena ilmu baru yang mereka dapat, tapi juga karena semangat kebersamaan dan rasa bangga sebagai anak Betawi yang terus hidup, berkembang, dan tetap berakar.
“Bangga jadi urang Betawi,
Budaya dijaga sampai nanti.
Biar Jakarta makin berseri,
Pantun Betawi tetap lestari!”