Pelajaran dari Seorang yang Buta: Saat Rasulullah Berpaling, Lalu Mendekat
Portal Kawasan, JAKARTA – Di sebuah kota yang gemerlap dalam gelapnya kejahiliyahan, ada seorang pria buta yang duduk di sudut jalan. Matanya tak mampu melihat cahaya, tetapi hatinya mencari terang yang hakiki.
Ia mendengar bisikan tentang seorang pembawa cahaya—seorang Rasul yang datang membawa kebenaran.
Suatu hari, sang Rasul yang agung, Muhammad ﷺ, sibuk berbicara dengan para pembesar kaum Quraisy. Ia menyampaikan risalah langit, berharap mereka memahami pesan yang dibawanya.
Namun, di tengah pembicaraan itu, sang pria buta datang, suaranya lirih namun penuh harap, “Wahai Rasulullah, ajarkan aku tentang kebenaran.”
Angin yang berhembus seolah membawa keraguan sejenak. Rasulullah mengerutkan kening, tak ingin percakapannya dengan para pemuka kaum terputus. Seketika, cahaya wahyu turun, menegurnya dengan lembut tetapi tegas.
Cahaya itu berkata bahwa mereka yang haus akan kebenaran lebih berhak mendapat perhatian dibanding mereka yang merasa cukup dengan dunia.
Rasulullah pun berbalik, wajahnya bersinar dengan kasih sayang. Ia mendekati sang pria buta, menyentuh hatinya dengan kata-kata penuh hikmah.
Sejak hari itu, pria yang tak mampu melihat dengan matanya justru mendapatkan penglihatan yang lebih terang—penglihatan hati yang dipenuhi cahaya iman.
Demikianlah kisah cahaya yang tak tampak oleh mata, tetapi menerangi jalan bagi mereka yang benar-benar mencari. Rasulullah ﷺ bukan hanya pembawa risalah, tetapi juga lentera yang menerangi setiap jiwa yang tulus.
Dan sang pria buta? Meski matanya tetap gelap, hatinya kini lebih terang dari mentari di siang hari. (STI/ALN)