Perlombaan Tanpa Garis Finish: Hikmah Surah At-Takasur”
Portal Kawasan, JAKARTA – Di tengah hiruk-pikuk dunia, manusia berlari. Kaki mereka tak henti melangkah, mata mereka terpaku pada gemerlap angka dan benda.
Mereka berlomba, bukan di lintasan tanah atau aspal, tetapi di arena yang lebih licin—kehidupan yang dipenuhi angka-angka kekayaan dan gelar.
Mereka berpacu, bukan dengan waktu, tetapi dengan sesamanya. Satu rumah, dua rumah, tiga kendaraan, empat rekening. Lebih banyak, lebih tinggi, lebih megah. Mereka lupa bertanya: “Ke mana semua ini akan membawaku?”
Surah At-Takatsur turun sebagai lonceng peringatan, menggema di lorong-lorong kesadaran yang hampir sunyi. “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.”
Ayat pertama itu seperti cermin yang menyingkap wajah asli kehidupan—perlombaan tanpa garis finis, yang berujung pada liang lahat.
Namun manusia seringkali tersadar saat tanah sudah menggenggam mereka. Saat dunia telah menjauh, dan angka-angka yang mereka kumpulkan tak lagi bisa dihitung, barulah mereka melihat kebenaran yang telah lama tersembunyi di balik kesibukan.
Kini, yang tersisa bukanlah deretan angka, bukan pula bangunan megah. Yang tinggal hanyalah amalan—bekal yang sering terabaikan di tengah pencarian tanpa ujung. At-Takatsur bukan sekadar ayat, tetapi peta jalan bagi mereka yang ingin berhenti berlari tanpa arah, lalu berjalan menuju makna yang sesungguhnya.
Karena pada akhirnya, yang paling kaya adalah mereka yang sadar bahwa cukup itu lebih dari sekadar angka. (STI/ALN)