Raja yang Menundukkan Angin, Pemimpin yang Merundukkan Hati
Portal Kawasan, JAKARTA – Di zaman ketika langit bukan sekadar atap dan lautan bukan sekadar batas, ada seorang raja yang kekayaannya melampaui gunung-gunung emas. Dialah Sulaiman, raja yang tak hanya berkuasa atas manusia, tetapi juga angin, burung, jin, dan semut di bawah tanah. Namun, di balik mahkotanya yang berkilauan, ia tak pernah membusungkan dada.
Angin tunduk dalam bisikannya, tapi ia tak pernah memerintah dengan badai. Jin berbaris di hadapannya, tapi ia tak pernah berlaku semena-mena. Ia membaca bahasa burung, memahami keluhan semut, dan menghakimi dengan keadilan yang bahkan batu pun bersaksi atas kebijaksanaannya.
Di hadapannya, berdirilah seorang ratu dari negeri jauh. Bilqis namanya—pemilik kerajaan yang gemilang, singgasana berlapis emas, dan hati yang dahulu terpaut pada kepercayaan lama.
Namun, bukan pedang atau sihir yang menaklukkannya, melainkan kebijaksanaan seorang nabi. Dengan akal setajam kilat dan hati seluas samudera, Sulaiman menuntunnya pada cahaya, hingga ia sujud bukan lagi pada matahari, tetapi kepada Yang Maha Kuasa.
Namun, kini zaman telah berubah. Pemimpin-pemimpin berdiri di singgasana emas, tetapi telinga mereka tuli terhadap suara rakyat. Kekayaan menjadi simbol kekuasaan, bukan amanah untuk berbagi. Mereka berbicara kepada manusia, tetapi gagal memahami hati mereka.
Angin tak lagi membawa berita keadilan, tetapi menyebarkan propaganda. Jin tak lagi membangun istana, tetapi membangun tembok pemisah antara penguasa dan yang dikuasai.
Dunia merindukan seorang Sulaiman baru—pemimpin yang tak hanya berkuasa atas harta dan makhluk, tetapi juga atas dirinya sendiri.
Sebab sejatinya, raja yang paling agung bukanlah yang menguasai dunia, melainkan yang mampu menundukkan hatinya sendiri. (AGS/ALN)