Semesta Bertasbih: Senandung Sunyi yang Menggema di Alam Raya
Portal Kawasan, JAKARTA – Di hamparan langit yang luas, ada suara yang tak terdengar, tetapi menggema di setiap sudut semesta. Ombak yang berdebur di tepi pantai, dedaunan yang berbisik bersama angin, bahkan batu-batu yang diam seakan memiliki irama tersendiri.
Mereka semua bertasbih, mengalunkan pujian kepada Sang Pencipta dalam bahasa yang tak selalu bisa dicerna oleh telinga manusia.
Surat Al-Isra ayat 44 mengungkapkan realitas yang sering luput dari pandangan. “Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada-Nya. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak memahami tasbih mereka. Sungguh, Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”
Dalam senyapnya bebatuan yang bertahan di lereng gunung, dalam gemerisik dedaunan yang jatuh ke tanah, semua itu adalah pujian yang terus mengalir, menghidupkan harmoni alam yang agung.
Barangkali manusia yang sibuk mengejar dunia sering lupa bahwa setiap langkah kaki di tanah yang dipijak, setiap tarikan napas di udara yang dihirup, adalah bagian dari orkestra semesta yang tak pernah berhenti mengagungkan Tuhan.
Para ilmuwan mungkin menyebutnya sebagai getaran atom, resonansi frekuensi, atau energi yang tak terlihat, tetapi hakikatnya adalah senandung pujian yang telah ditanamkan dalam setiap zarrah di alam ini.
Seperti ikan yang berenang di lautan tanpa menyadari keberadaan air, manusia pun sering lalai bahwa dirinya berada di tengah samudera dzikir yang tak kasatmata.
Di setiap gemintang yang bersinar dalam gelap, di setiap tetes hujan yang jatuh tanpa ragu, semua tunduk kepada hukum Ilahi. Sungguh, kebesaran Tuhan tak selalu perlu diteriakkan, karena bahkan keheningan pun bisa menjadi dzikir yang paling dalam.
Maka, di sela-sela hiruk-pikuk dunia, mungkin sudah saatnya kita bertanya pada diri sendiri: apakah kita telah menyelaraskan diri dengan tasbih semesta, atau justru tenggelam dalam kebisingan yang membuat kita tuli akan panggilan-Nya? (STI/ALN)