Setahun Digembleng Kanuragan, ini yang Dirasakan Ujang di Perantauan
Portal Kawasan, JAKARTA – Pencak silat adalah olahraga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi. Biasanya setiap daerah di Indonesia mempunyai aliran pencak silat yang khas. Misalnya, daerah Jawa Barat terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong, di Jawa Tengah ada aliran Merpati Putih dan di Jawa Timur ada aliran PSHT, Perisai Diri, Cempaka Putih, dan lain sebagainya.
Salah satu pencak silat yang diklaim tertua nomor dua, yakni Kijang Kencana. Perguruan ini, dipercaya telah melahirkan berbagai perguruan silat di Indonesia bahkan di luar negeri.
Seperti yang dialami Ujang Sutisna (28), pria kelahiran Cianjur 21 Januari 1996 silam ini mulai mendalami pencak silat sejak usia 23 tahun. Diakuinya, silat Kijang Kencana merupakan seni tarung yang sangat mumpuni untuk dipelajari, apalagi Ujang kerap hidup dalam perantauan.
“Meskipun saya baru belajar selama setahun, namun ilmu yang terserap sangat bermanfaat bagi kehidupan saya.
Saya belajar dari Dian Widiatmoko, yang merupakan salah seorang Master asal Pemalang, Jawa Tengah. Beliaulah yang pertama kali mengajarkan saya seni gerak, seni nafas dan seni tarung,” jelas Ujang, saat ditemui Portal Kawasan, Jumat (06/09/2024).
Menurut Ujang, terdapat 4 tahap dalam mempelajari Silat Kijang Kencana, yaitu gerakan, pernafasan, kuda-kuda serta penggabungan ketiganya. “Sebetulnya masih banyak hal yang harus dipelajari, namun sayangnya Dian sudah tidak lagi menetap di Jakarta. Terakhir saya dapat informasi, Dian sudah membuka cabang baru danenetap di Pemalang, Jawa Tengah,” imbuhnya.
Saat masih di Jakarta, kata Ujang, Dian mengajarkan pencak silat di sekitar Univ. Jayabaya, Pulomas, Jakarta Utara. “Dulu saya diajarkan secara khusus olehnya beserta 5 orang lainnya,” kata dia.

Pengalaman Mistis
Sejak mempelajari pencak silat tersebut, banyak hal mistis yang kerap dialami oleh Ujang. “Sebetulnya, kalau hal-hal mistis ataupun ghoib saya rasakan pada saat saya berusia 15 tahun. Seperti terlihat ada gerakan cahaya di kegelapan.
“Peristiwa itu saya alami saat saya pergi ke ladang di pagi hari. Setelah shalat subuh saya berangkat ke kebun seperti ada sosok yang mengikuti. Benar saja, saya melihat ada sosok lelaki tua yang sedang duduk di atas sebuah batu,” kata dia.
Tak hanya itu, Ujang juga pernah menemukan sebuah cincin batu akik berwarna hitam pekat yang tergeletak di bawah pohon. Menurut Ujang, cincin batu akik itu diperolehnya melalui sebuah mimpi.
“Saat itu saya bermimpi bertemu seorang kakek-kakek berjubah putih bersurban. Dalam mimpinya, kakek tersebut seraya berucap menunjukkan sebuah cincin di bawah pohon rambutan. Benar saja, saat keesokan harinya saya datangi pohon itu saya lihat cincin batu akik itupun tergeletak disana, akhirnya saya ambil,” ungkapnya.
Saat itu, Ujang keheranan dan sangat shock, karena dia juga awam soal batu akik. Ujangpun bertanya kepada orangtuanya sekaligus menceritakan hal yang dialaminya saat itu.
“Ketika saya tanya ke bapak saya barulah saya tahu bahwa nama batu ini adalah Wulung Tanduk. Karena takut kenapa-napa, saya titipkan batu itu kepada bapak untuk disimpan hingga sekarang,” ujarnya.
Khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan, Ujangpun tidak berani untuk memakai cincin tersebut. Alasannya, karena dia tak ingin lepas kontrol jika cincin itu dipakai olehnya.
“Sampai saat ini cincin itu dipegang bapak saya, karena saya takut hilang kontrol dan emosional. Sebab setau saya sejak saya pakai, saya jadi berubah agresif dan panasan maunya berantem terus,” kata dia. (AGS/ALN)