Slamet Riyadi Raya “Terjajah” oleh Remaja: Tawuran Dijadikan Ajang Adu Nyali
Portal Kawasan, JAKARTA – Seakan tak mau kalah dengan kompetisi olahraga internasional, sekelompok remaja dari Pangkalan Bambu-Manggarai, dan Kebon Pala-Jatinegara, kembali “mempertontonkan” aksi anarkis mereka di ajang yang tak pernah terdaftar: Tawuran di jalan protokol Slamet Riyadi Raya.
Dengan penuh semangat, mereka menjadikan jalan umum sebagai gelanggang adu nyali. Warga sekitar pun, meski tak membeli tiket, dipaksa menjadi penonton setia dari balik pagar rumah atau melalui video amatir yang beredar luas.
Ironisnya, nama besar Slamet Riyadi, yang dahulu dikenang sebagai pahlawan nasional, kini lebih akrab diasosiasikan dengan aksi lempar batu dan serangan balasan menggunakan senjata rakitan.
“Kami khawatir. Tadinya nama Slamet Riyadi harum karena sejarah, sekarang malah dikira daerah konflik,” ujar salah seorang warga yang rumahnya hanya beberapa meter dari lokasi “arena.”
Keluhan serupa juga disampaikan oleh Ketua RW 04 Kelurahan Kebon Manggis. Ia menyuarakan kejenuhan sekaligus kemuakan atas situasi yang terus berulang dan seolah dibiarkan begitu saja. Padahal pihak Kepolisian setempat sudah bekerja maksimal untuk menindak para pelaku tersebut.

“Warga merasa jenuh dengan aktivitas para remaja yang kerapkali melakukan aksi tersebut di wilayah kami. Karena sangat membahayakan pengguna jalan yang sedang melintas. Bahkan kerap menimbulkan stigma negatif dari wilayah lain. Padahal pelakunya dari para remaja Pangkalan Bambu-Manggarai dengan remaja Kebon Pala-Jatinegara,” ujar Ketua RW 04, Suparlan dengan nada geram.
Keributan ini bukan hanya memalukan, tapi juga mencoreng citra wilayah yang semula tenang dan bersahabat. Tak sedikit warga luar yang mulai memberi label baru: “Wilayah panas.” Bahkan ojek online pun kini memilih jalur memutar, takut motor mereka menjadi korban salah lempar.
Sementara itu, para remaja pelaku tampak bangga, seolah tawuran adalah bentuk aktualisasi diri yang paling sah di era digital. Foto-foto mereka berpose dengan senjata tumpul beredar, diberi caption seolah sedang mengikuti festival budaya daerah.
Entah sampai kapan Slamet Riyadi Raya akan terus dijadikan panggung oleh para “jagoan jalanan.” Yang jelas, warga kini menanti pemangku jabatan di wilayah masing-masing untuk mengganti peran: dari penonton pasif menjadi aktor yang menghentikan pertunjukan. (RXC/AGS/ALN)