Tantangan PR di Masa Depan: Antara AI, Lobi, dan Icing Sugar
Portal Kawasan, JAKARTA – Di era teknologi yang semakin canggih, pekerjaan Public Relations (PR) alias Humas seharusnya semakin mudah. Tapi, jangan senang dulu! Menurut Prita Kemal Gani, pendiri LSPR Jakarta, PR masa depan justru menghadapi tantangan besar, mulai dari globalisasi, teknologi, sampai urusan menjaga citra bos.
Mari kita bedah satu per satu tantangan PR masa depan:
1. Globalisme: PR Harus Mendunia
Bukan hanya harus punya banyak teman di grup WhatsApp, PR juga dituntut memiliki jaringan global dan standar internasional. Kalau masih sibuk mengurusi arisan komunitas lokal saja, siap-siap ketinggalan zaman!
2. “Growth-Hi-Tech”: PR Harus Gaul dengan Teknologi
PR bukan hanya soal tampil meyakinkan di depan kamera, tetapi juga harus bisa mengelola komunikasi digital dengan baik. Jangan sampai komunikasi internal diabaikan hanya karena sibuk menyapa followers di media sosial.
3. Pendidikan: PR Butuh Imajinasi!
Seorang PR harus kreatif seperti seniman. Tidak cukup hanya jago nulis rilis, sekarang harus bisa bikin konten visual dan mengedit foto. Kalau selama ini mengandalkan fotografer, PR tetaplah sang sutradara di balik layar.
4. Rekrutmen: PR Bukan Lagi Monopoli Anak Komunikasi
Dulu, PR identik dengan lulusan komunikasi. Sekarang? Semua bisa jadi PR, asal punya kemampuan membangun relasi. Mungkin di masa depan, lulusan teknik juga bisa jadi PR, siapa tahu?
5. Riset: Tanpa Data, PR Hanya Tukang Tebak
Menurut Prita, semua pekerjaan PR harus berbasis riset. Tanpa riset, PR cuma bisa mengandalkan insting dan doa agar tidak salah langkah.
6. Etika dan Profesionalisme: Harus Punya Paket Lengkap
Seorang PR tidak cukup hanya bermodal penampilan menarik. Harus tepat waktu, akurat, dan akuntabel. Kalau masih suka telat atau asal bicara, mungkin sebaiknya jadi influencer saja.
7. Reputasi PR: Bantu CEO Jadi Artis
Sekarang, CEO mulai sadar betapa pentingnya PR. Tugas PR? Membantu bos mereka menjadi terkenal, karena reputasi perusahaan bisa tergantung dari citra pemimpinnya.
8. PR 360 Derajat: Multitasking Level Dewa
Dulu PR hanya bertugas membangun hubungan baik dengan stakeholder. Sekarang, PR juga harus bisa mengelola keuangan, pemasaran, bahkan membantu kesejahteraan karyawan. Siap-siap jadi manusia serba bisa!
9. Membangun Relasi: Harus Akrab dengan Semua Orang
Seorang PR harus bisa menjalin hubungan baik dengan siapa saja, mulai dari pemerintah, media, komunitas, hingga pelanggan. Kalau masih suka pilih-pilih teman, sebaiknya berpikir ulang sebelum terjun ke dunia PR.
10. Lobbying: Pencitraan Butuh Proses
Beberapa politikus suka disebut pencitraan saat melakukan lobi. Tapi menurut Prita, lobi itu seperti membuat kue. Butuh proses panjang, dan pencitraan hanyalah icing sugar-nya. Tanpa proses yang benar, citra hanya akan cepat luntur seperti gula yang terkena hujan.
11. Atribut: Indonesia Punya PR Terbanyak di ASEAN
Indonesia memiliki 210 universitas dengan fakultas komunikasi. Artinya, jumlah PR di Indonesia paling banyak se-ASEAN. Dengan modal sebanyak itu, PR Indonesia seharusnya bisa memimpin tren global, bukan sekadar jadi pengikut.
Jadi, buat para PR masa depan, siapkan mental! Karena selain harus beradaptasi dengan teknologi, kalian juga harus siap jadi sutradara, pengelola reputasi, hingga tukang lobi kelas dunia. (AGS/ALN)