Ternyata ini yang Bikin Kedai Kopitro Diburu Pelanggan!
Portal Kawasan, JAKARTA – Usaha kedai kopi di pinggir jalan kerap menjadi sorotan, terlebih bagi para pegiat UMKM. Namun, akibat kebijakan regulasi yang cenderung subjektif maka banyak diantaranya pelaku UMKM yang tak bisa mengeksplore bisnisnya.
Patut diakui memang, dampak pandemi tak hanya dirasakan oleh masing-masing personal seperti buruh pabrik, pekerja media maupun karyawan swasta. Hal itu juga kerap dialami oleh para pengusaha. Seperti halnya yang dialami Lilik saat membuka kedai Kopitro.
Di tahun 2018-2019, saat Kopitro mulai sohor di berbagai kalangan penikmat kopi, Lilik pun dipaksa untuk berjuang untuk mempertahankan usahanya di masa pandemi. Menurut Lilik, di tahun-tahun tersebut, antusias penikmat kopi sangat luar biasa, apalagi ada beberapa pegiat media sosial yang datang.
“Saat itu, terlintas di pikiran saya untuk membuka cabang baru. Bahkan saya sudah ketemu lokasi yang bagus untuk membuka cabang, dan rencananya bulan Maret 2020 kita akan buka, tapi terbentur Pandemi, selesailah, pupus harapan. Kita gak lagi berencana untuk buka cabang lagi, untuk mempertahankan yang satu ini aja udah luar biasa, kita tetap jalan,” kisah Lilik, kepada Portal Kawasan, Kamis (12/09/2024) malam.
Jadi, kata dia, bagaimana caranya Kopitro ini tetap berjalan agar semua karyawan bisa mendapatkan hasil dan bisa jajan. Karena waktu itu penjualannya menurun drastis. Survivenya itu luar biasa, sampai-sampai untuk mencapai penjualan 20 cup itu susah banget.
“Ya,..mau gimana lagi. Kita tetap bertahan dari 3 orang pekerja kita rotasi. Akhirnya terpaksa kita hanya libatkan 2 orang pekerja. 1 orang seminggu libur, 2 minggu kita kerja dan dirolling. Gaji mereka terpenuhi, bahan tetap terbayar, hanya itu yang saya harapkan pada saat itu,” ungkapnya.

Nah, bicara menyoal omset saat ini, jauh lebih meningkat dibansikan saat masa pandemi. Di hari Selasa, Rabu dan Kamis, Kopitro bisa menghasilkan di atas Rp. 1 juta, tapi kalau weekend bisa lebih dari itu perharinya. Sementara untuk pengunjung yang datang ke Kopitro bisa mencapai 80 orang di malam weekend.
“Untuk para pekerja, per harinya ada pembayaran minimal, tergantung dari omset yang didapatkan, kita buat mereka kejar omset juga. Jadi makin naik omsetbyang didapat, maka bonus mereka akan bertambah,” jelas Lilik.
Lilik juga mengatakan, buka kedai Kopitro itu tantangannya hanya saat kondisi hujan. “Pas lagi rame-ramenya pengunjung, eh tiba-tiba hujan..ya otomatis bubar. Ya udah, mau gimana lagi,” ujar Lilik sesekali tertawa mengisahkan.
Lilik berharap di tahun mendatang Kopitro makin dicintai dan dikunjungi para pelanggan. Dia masih belum memikirkan untuk kembali membuka cabang.
“Saya hanya berharap di 2025 nanti gimana caranya mempertahankan Kopitro ini tetap ada, gak memikirkan margin lagi. Sebab, untuk break event poin (BEP) sudah diraihnya selama 6 bulan. Melalui Kopitro ini, saya hanya ingin mempromosikan keberadaan kopi lokal, karena Indonesia itu kopinya enak-enak,” tuntasnya (ARF/RXK/ALN)