Warga Menyulam Jalan, Pemerintah Menyulam Alasan
Portal Kawasan, PAMEKASAN – Jalan di Dusun Rampak, Desa Sana Laok, Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan, sudah terlalu lama menangis dalam diam. Tubuhnya yang penuh lubang dan luka-luka menganga, tak pernah disentuh tangan pemimpin yang katanya hadir untuk rakyat.
Hari ini, ia kembali bernafas, bukan karena uluran tangan pemerintah, melainkan karena cinta dan kepedulian warga yang tak tahan lagi melihat deritanya.
Sejak pagi, Rampak hidup. Ia disambut oleh derap kaki puluhan warga yang datang membawa cangkul, sekop, dan gerobak sorong. Batu-batu disusun, semen diaduk, dan lubang-lubang luka ditambal.

Ketika Jalan Bicara, Pemerintah Desa Memilih Diam
Terik matahari bukan halangan, sebab semangat mereka lebih panas dari cuaca. Warga bergotong royong, memberi harapan pada jalan yang telah lama kehilangan perhatian.
Mawardi, salah satu warga yang menggenggam erat cangkulnya, menyuarakan kegelisahan yang lama terpendam.
“Pemerintah desa seakan tuli dan buta. Kami teriak, mereka diam. Kami bergerak, mereka tak peduli. Seolah desa ini berjalan tanpa pemimpin,” ungkapnya, suaranya tajam seperti mata cangkul yang mengiris tanah.

Jalan itu bukan sekadar jalur tanah dan batu, ia saksi perjuangan warga setiap hari. Ketika musim hujan datang, ia berubah menjadi kubangan luka.
Jalan Tersiksa, Warga Berdaya, Pemerintah Ke Mana?
Saat kemarau menyapa, debunya beterbangan seperti jeritan minta tolong. Tapi bagi pemerintah desa, jalan itu seolah tak bernyawa, tak penting, tak patut diperhatikan.

“Kami bosan dengan janji yang tak pernah berwujud. Desa ini terasa seperti tubuh tanpa jiwa. Pemerintahnya ada, tapi rasanya tidak hidup,” tambah Mawardi, sembari mengangkat batu ke atas kereta sorongnya.
Tak ada musyawarah, tak ada undangan untuk duduk bersama. Dusun Rampak merasa seperti anak tiri dalam keluarganya sendiri.

Keputusan-keputusan penting melayang di udara tanpa pernah menyentuh tanah tempat rakyat berpijak.
Kini, jalan itu bersyukur. Ia tak lagi dibiarkan terluka sendiri. Namun ia juga berharap, suara langkah kaki warga hari ini bisa menggugah hati yang beku di balai desa.

Warga berharap jerih payah ini tak sekadar menjadi catatan harian biasa, melainkan tamparan yang menghidupkan kembali nurani mereka yang seharusnya memimpin.
Jalan telah bicara melalui tangan rakyat. Tinggal menunggu, apakah pemerintah desa masih ingin pura-pura tuli.
Kontributor : Mahesa/Editor : Alan
Mei 27, 2025 @ 14:57
jika memang ada anggaran khusus dari pemerintah ke desa perlunya di usut tuntas
masyarakat setidaknya tidak hanya semangat dalam swadayanya mealinkan mencari tahu betul dana tersebut kemana
akankah dengan semangat swadaya masyarakat pemerintah justru semakin lalay dg memanfaatkan swadaya tersebut???