Di Balik Sertifikat Hak Milik: Masa Depan Warga Rempang Masih Abu-abu?
Portal Kawasan, BATAM – Sejumlah 68 Kepala Keluarga (KK) warga Rempang akhirnya menerima Sertifikat Hak Milik (SHM) atas lahan tempat tinggal mereka di Tanjung Banun. Penyerahan ini dilakukan secara simbolis oleh Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Selasa (18/3).
Dalam pernyataannya, AHY menegaskan pentingnya program transmigrasi lokal di Barelang, menyebutnya sebagai amanah Presiden Prabowo agar Kepulauan Riau “semakin maju dan setara dengan Singapura.”
Pernyataan yang ambisius, mengingat warga yang baru saja kehilangan tanah mereka kini harus beradaptasi dengan janji kesejahteraan yang masih berbentuk rencana.
Menteri Transmigrasi, M. Iftitah Sulaiman Suryanagara, juga menambahkan bahwa pemerintah “berkomitmen penuh” untuk memberikan hak-hak warga. Sebuah komitmen yang baru terasa setelah warga bersuara lantang soal SHM yang tak kunjung datang serta minimnya fasilitas di tempat baru.
Demi menenangkan keresahan, pemerintah pun bergerak cepat: sertifikat diberikan, janji pembangunan 500 rumah diumumkan, dan dermaga serta perahu nelayan dijanjikan. Sebuah paket lengkap, meski belum jelas kapan fasilitas ini akan benar-benar tersedia atau apakah akan setara dengan kehidupan lama mereka di Rempang.
Menariknya, konsep relokasi kini diganti dengan istilah yang lebih ramah di telinga: transmigrasi lokal. Dengan perubahan istilah ini, pemerintah berharap bahwa perpindahan paksa akan terdengar lebih seperti kesempatan emas daripada keterpaksaan.
Di balik semua itu, satu hal yang tak bisa disembunyikan adalah tujuan utama dari seluruh skenario ini: membuka jalan bagi proyek Rempang Eco City, bagian dari Proyek Strategis Nasional.

Dengan kata lain, warga yang “dimajukan” ini perlu sedikit berkorban demi investor yang akan mengubah kampung mereka menjadi kawasan industri dan hunian mewah.
Kini, pertanyaan yang tersisa: apakah SHM ini benar-benar jaminan masa depan atau sekadar tanda perpisahan dari tanah yang telah lama mereka tempati? Sejarah sering kali berulang, dan dalam banyak kasus, janji kesejahteraan selalu datang lebih cepat daripada realisasinya. (AGS/ALN)