Griya Quran: Lentera Ilahi dari Sebuah Sudut Sunyi di Depok
Portal Kawasan, JAKARTA – Di suatu sudut Depok, sebuah rumah kecil pernah berdiri tanpa banyak arti, sekadar tempat berlindung dari hujan dan panas. Namun, takdir menghendaki lain.
Rumah itu, layaknya tanah gersang yang tersiram hujan pertama, berubah menjadi ladang ilmu yang menumbuhkan bibit-bibit penghafal Alquran.

Semuanya berawal dari langkah sederhana seorang pejalan ilmu yang kebetulan menemukan sebuah rumah yang hendak dijual. Rumah itu kecil, tetapi pertanyaannya besar: akan menjadi apa ia di masa depan?
Hingga akhirnya, jawaban datang dari para penghafal Alquran yang mencari tempat untuk berteduh, bukan hanya dari panas dan hujan, tetapi juga dari ketidakpastian masa depan mereka.

Dari rumah kecil itulah, lampu pertama dinyalakan. Rumah itu tak lagi sekadar bangunan, tetapi menjadi pelita bagi mereka yang ingin menyempurnakan hafalan Alquran.
Awalnya hanya belasan santri, semuanya laki-laki, datang dari berbagai penjuru negeri, kecuali Jakarta. Mereka datang dengan harapan, mengisi ruang-ruang kosong dengan ayat-ayat suci, menjadikan setiap dinding dan sudutnya saksi perjalanan mereka.

Seiring waktu, akar itu menjalar. Dari 18 santri pertama, kemudian berkembang. Hafiz-hafiz itu tak hanya menyelesaikan hafalannya, tetapi juga membangun kehidupan.
Mereka menikah dengan hafizah, membentuk keluarga yang membawa cahaya Alquran. Maka kebutuhan pun bertambah, asrama baru harus dibangun, ruang-ruang baru harus disediakan.

Dari rumah kecil yang dulu berdiri sendiri, kini telah tumbuh jaringan yang lebih luas, seperti sungai yang mengalir semakin jauh dari sumbernya.
Kini, rumah itu telah beranak-pinak, menciptakan generasi baru yang membawa Alquran dalam hati dan kehidupan mereka.
Dan semuanya bermula dari sebuah rumah kecil yang sederhana—tetapi dipenuhi cahaya yang tak pernah padam. (AGS/ALN)